Beberapa waktu terakhir aku berulang kali
membuat penawaran terhadap diri sendiri. Melawan ego, memenangkan hati.
Menjawab setiap pertanyaan bingung keluarga dan teman-teman dengan senyuman dan
pembelaan terhadap kamu. Menjadi semandiri ini dan melatih diri untuk tak
terlalu berharap banyak akan hadirmu. Namun jika boleh jujur, ini menyakitiku.
Sampai pada saat dimana aku berada di
titik terendah seperti saat ini. Dan kehadiranmu yang menjadi harapanku, harus
ku patahkan lagi dan lagi seperti sebelum-sebelumnya. Mengharapkanmu hanyalah
suatu kesia-siaan. Membutuhkanmu pun tak seharusnya lagi ku lakukan. Dimana
untuk pertama kalinya aku mengalami ketakutan yang luar biasa sampai tangis
kerasku di tengah ancaman pun tak mampu kau taklukan. Konyolnya, aku masih
berusaha menjadi tulang punggungmu di saat runtuhnya keadaan.
Aku merasa ditampar oleh diriku sendiri
ketika lagi-lagi membuat pembelaan dan penawaran tentang kamu. Meyakini yang
lainnya bahwa aku mampu melakukan apapun itu tanpa kamu. Beralasan bahwa
kesibukan adalah alasan dari ketidakhadiranmu. Sayang, keadaan ini tak mampu
jika dilakukan secara terus-terusan dan berkelanjutan. Aku mulai iba dengan
diriku sendiri. Apakah status kita tak berarti apa-apa melainkan hanya sebuah
pajangan?
Berulang kali aku mencoba mengutarakan
namun yang ada hanyalah pembelaan diri lalu memaki. Aku tak pernah bisa
bersanding dengan waktu yang mampu membuatmu bisa mnedengarkanku dengan rasa
sayangmu. Kamu bahkan tak memikirkan kata maaf. Aku yang memikirkan keadaanmu
sepanjang waktu sampai tega untuk terus melakukan pembelaan dan penawaran,
adakah kamu pikirkan? Tentu tidak. Yang kamu simpulkan hanya tentang aku yang
tidak mampu mengerti kondisimu. Dan kebodohanku adalah mempertahankanmu. Di
luar itu semua aku masih terus meyakini, kamu masih menjadi yang terbaik yang
pernah aku miliki.
Aku tidak mengumumkan kepada dunia bahwa
kamu tak punya upaya. Pun tak punya usaha. Tentu kamu masih punya itu semua.
Kamu masih menjadi yang terbaik. Hanya saja, saat ini aku terpukul luar biasa.
Dan untuk pertama kalinya, aku merasa..
memiliki kamu adalah suatu
ketidak-beruntungan bagiku.

Comments