Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Berubah Haluan

Dalam beberapa kejadian lampau, banyak, kita sedang larut-larutnya dalam persembahan tawa. Semua itu adalah hal paling menyenangkan untuk kita. Membuat cerita yang membuat iri setiap pasang mata. Kisah kita, begitu istimewa.  Hingga kemudian.. lenyap secara perlahan. Lalu bagaimana dengan saat ini? Aku tak mampu mengambil peran itu lagi. Pun jika aku bisa, kau tak lagi bersedia untuk bergabung bersama. Aku terus berjalan, kau berubah haluan. Kembali ku ajak, langkahmu bertolak. Besok-besok, kita tak lagi berada pada cerita yang serupa. Secepat itu, kita menjadi dua orang yang tak lagi saling sapa. Bukan panggung sandiwara yang pernah kita naiki. Adalah cerita sesungguhnya yang kita miliki. Tapi tujuanmu telah berubah, persinggahan tlah diganti. Sempat pelik dunia kita sampai kau memutuskan untuk pergi. Kau tlah membuat cerita barumu, aku masih dengan cerita dulu. Dunia kita tak lagi saling bersitegang, mungkin. Namun jelas bagiku, tak lagi dalam usaha tuk kembali. ...

Dua Krucil-ku

Sudah 2 hari ini, keponakan kecilku yang berumur 9 tahun, sepasang; laki-laki dan perempuan, menginap di rumah karena sekolah mereka telah libur. Aku meminta mereka untuk menginap setelah beberapa hari lalu; ketika mereka hanya datang untuk berkunjung sebentar. Sampai kemudian aku meminta kakak sepupuku untuk mengantarkan mereka kembali keesokan harinya. Untuk menginap. Aku yang jarang pulang kampung karena kepadatan kuliah, tak ayal tentu merasa rindu pada mereka.  Jarak rumah orang tuaku dengan kakak sepupuku ini sebenarnya tidaklah jauh. Kira-kira hanya sekitar kurang dari 2 jam lewat darat dan kurang dari 1 jam jika menyebrangi sungai menggunakan kendaraan air. Tetapi kami cukup jarang ke sana karena kesibukan. Kecuali untuk acara dan hari-haru besar. Hanya kakak sepupu-ku dengan anak-anaknya lah yang bisa datang ke rumah karena memang tempat tinggal kami berada di pusat kota. Sehingga ketika mereka akan pergi belanja atau membeli keperluan, mereka akan singgah di ruma...

Untuk Sahabat Terbaik

Teruntuk sahabatku. Kamu mungkin akan mengutukku, karena harus membaca tulisan yang sangat panjang ini untukmu. Kamu pun pasti akan tertawa geli, karena aku tak biasanya membuat tulisan manis seperti ini. Namun yang pasti, atas kecerewetanku yang tak henti, aku berani bertaruh.. kamu akan rindu setengah mati. He he. Besok aku akan pergi. Dan kita akan berpisah dalam waktu yang lama. Jelas, ini menyakitiku. Karena terlalu terbiasa dengan kehadiranmu. Aku pun tidak punya jaminan apakah di waktu berikutnya apakah kita akan bisa terus saling menghangatkan? Apakah perpisahan ini membuat kita dikemudian bisa saling menguatkan atau malah menjauh secara perlahan? Entah. Yang jelas, cerita di luar sana tentang perpisahan adalah hal yang sangat menakutkan. Bagaimana pun itu, aku akan terus menjadi diriku yang kamu kenal. Yang sama sejak dulu dan akan selalu begitu. Mari kita melakukan perjumpaan lagi di waktu yang akan datang. Tanpa membawa perubahan apapun kecuali menjadi pribadi ...

Pertimbangan dan Penawaran

“Seandainya saja aku bisa memilih untuk meninggalkanmu.” ——— Setiap kali kita jatuh dalam kesenjangan. Pertimbangan demi pertimbangan mulai ku buat dan ku pikirkan. Aku bukanlah seorang penduga namun selalu berdecak atas hebatnya kita yang telah melangkah sejauh ini. Dan untuk setiap perkara yang tercipta, bukan tidak mudah menghalaunya. Kesepakatan di antara berdualah yang akhirnya menjadi hasil dari setiap perdebatan panjang. Sepakat untuk tidak menyerah dan saling mawas diri terhadap setiap cela; yang membuat masing-masing dari kita kadang lupa untuk bersabar dan saling mengingatkan. Jika benar rasa sayang yang tak pernah berkurang adalah salah satu kartu pertahanan, maka aku pun mencoba untuk meyakini hal lainnya. Tak cukup hanya dengan rasa sayang sebuah hubungan bisa bertahan. Maka kartu lainnya seperti janji kesetiaan, saling menjaga, rasa sabar, dan tentunya keseriusan, harus ditemukan. Jika sudah ditemukan dari jauh hari, maka keluarkan. Dan kita adalah 2 orang y...

Your Voice - Prologue

- A message from author - Hi, pembaca Your Voice. Terima kasih atas antusiasnya dalam menantikan setiap lanjutan Your Voice. Saya ingin menyampaikan bahwa cerita Your Voice (mohon maaf) yang sudah terposting di blog ini telah saya arsipkan dan sudah saya up lanjutannya di Wattpad demi kenyamanan dan kelancaran cerita. Kalian bisa klik link  https://my.w.tt/KPomLQZVgS  untuk melanjutkannya. Terima kasih.

Nostalgia

Sudah lama sekali, tak bernostalgia dengan tulisan tentangmu. Ingin kutanyakan, apa kabar? Namun ku pikir, kamu baik-baik saja. Ya, semoga memang begitu adanya.  Sejak terakhir kali kita bertemu beberapa tahun lalu, aku tau bahwa aku telah membuat harapan untuk pertemuan-pertemuan berikutnya. Tapi, baik aku maupun kamu, hanyalah dua orang yang kiranya akan tetap terus seperti ini. Singkat cerita, sebelum waktu-waktu ini pernah ada. Saat Sekolah Menengah Pertama, aku jatuh cinta dengan sosok yang ada dalam bayanganku sendiri. Yang tercipta dari kenangan masa kecil kita. Sosok itu persis seperti kamu. Dan tak terelakkan, karena nyatanya semakin lama aku semakin menyadari, bahwa memang kamulah sosok dalam bayanganku. Sosok yang aku rindukan. Aku tak tau rindu macam apa yang telah menggangguku karena kita sudah sangat lama berpisah. Bahkan, mungkin saat itu kita belum mengenal bagaimana dan apa itu berpisah.  Hingga kepindahanku ke kota lain, mengharuskan aku dan kamu, ke...

Tahu Tek

‘Ntah, sudah berapa kali aku menolak, menghindari, setiap kali ingin pergi melewati tempat kejadian malam itu yang sampai saat ini meninggalkan luka yang begitu membekas. Pun ketika ingin mengantarkan pakaian untuk dilaundry di tempat langganan. Jadi, harus mengambil jalan putar balik untuk mencari tempat laundry lainnya. Malam ini, tak terelakkan. Saat ini mau tak mau harus lewat. Kakiku mulai gemetar dengan tiba-tiba. Ka Heni yang saat itu dengan tiba-tiba juga berucap. “Aku pengen tahu tek” DEG Lidahku kelu untuk menjawab. Ka Heni langsung berbelok dan singgah tepat di depan gerobak tahu tek. Turun. Lalu memesan 2 bungkus. Aku sempat bersikeras tidak ingin turun. Dan Ka Heni tersenyum padaku penuh arti. “Aku harus banget turun, ya?”  Menyadari antri yang lumayan banyak, aku akhirnya ikut turun dan mengambil tempat duduk agak ke belakang, untuk setidaknya membuat pandanganku terlindungi dari tempat di seberang situ. Denyut nadiku perlahan naik. Ak...

Tidak Beruntung?

Beberapa waktu terakhir aku berulang kali membuat penawaran terhadap diri sendiri. Melawan ego, memenangkan hati. Menjawab setiap pertanyaan bingung keluarga dan teman-teman dengan senyuman dan pembelaan terhadap kamu. Menjadi semandiri ini dan melatih diri untuk tak terlalu berharap banyak akan hadirmu. Namun jika boleh jujur, ini menyakitiku. Sampai pada saat dimana aku berada di titik terendah seperti saat ini. Dan kehadiranmu yang menjadi harapanku, harus ku patahkan lagi dan lagi seperti sebelum-sebelumnya. Mengharapkanmu hanyalah suatu kesia-siaan. Membutuhkanmu pun tak seharusnya lagi ku lakukan. Dimana untuk pertama kalinya aku mengalami ketakutan yang luar biasa sampai tangis kerasku di tengah ancaman pun tak mampu kau taklukan. Konyolnya, aku masih berusaha menjadi tulang punggungmu di saat runtuhnya keadaan. Aku merasa ditampar oleh diriku sendiri ketika lagi-lagi membuat pembelaan dan penawaran tentang kamu. Meyakini yang lainnya bahwa aku mampu melakukan apapun ...

Musibah

00.17 WITA. Setelah pulang dari Rumah Sakit sejak sekitar jam 20.00 WITA mendatangi ka Putri yang malam itu dinas malam. Sempat singgah membeli tahu tek untuk cemilan tengah malam sambil menonton film yang telah direncanakan. Anis yang sedang membuka laptop untuk menyiapkan tontonan kami setelah membereskan tempat tidur, aku mencuci muka di dapur dengan bunyi keran yang agak nyaring, tiba-tiba tetangga di sebelah yang saat itu ternyata juga masih bangun setengah berteriak memanggil nama dari arah dapur. “Put.. Put..” Mengira yang beraktifitas saat itu ka Putri (yang saat itu masih dinas malam di Rumah Sakit). Aku mematikan keran dan menajamkan pendengaran memastikan panggilan, lalu menjawab sekenanya, “Ya, bu?” Ada sahutan dari sebelah menanyakan, “Kamu lagi masak atau bakar-bakar?” tanya ibunya. “Nggak, bu” Sahutku.   “Mungkin orang di belakang kali ya lagi bakar sampah” ibu menjawab dengan nada yang mungkin saat itu masih bingung dan belum juga membuatku pe...

Kehilangan

Kehilangan mendewasakan. Kalimat yang paling sering ku baca. Paling sering ku dengar. Tetapi, benarkah kehilangan memang membuat dampak seajaib itu? Bagaimana bisa? Kehilangan bukanlah perkara mudah. Kesenjangan yang muncul setelahnya adalah sesuatu yang harus kita perangi dalam diri kita sendiri. Kehilangan dalam bentuk apapun itu. Benar, tak selamanya kehilangan tentang seseorang. Bagi sebagian orang kehilangan harapan adalah suatu hal yang paling menyakitkan. Tak terkecuali aku; yang telah kehilangan harapan dan inilah jawaban dari alasan tulisan ini dibuat. Harapan memiliki banyak bentuk. Dari harapan akan lulus dari seleksi penerimaan mahasiswa baru, harapan akan lulus dari penerimaan CPNS seperti yang saat ini sedang ramai-ramainya dibicarakan, harapan akan mendapatkan hasil yang memuaskan atas pekerjaan yang telah dikerjakan mati-matian sehingga mendapat pujian dari atasan, dan harapan-harapan lainnya. Lalu, bagaimana jika harapan-harapan di atas tidak berjalan s...