Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Kamu, Bukan Pengecualian

Semakin dewasa, semakin menyadari bahwa relasi tidak selalu sehati. Tempat berdiri yang banyak diminati, tak sesungguhnya menarik hati kalau kau sudah di sini. Berita di televisi, radio, surat kabar, atau sebaran dari media sosial, tentang bobroknya suatu sistem kerja, menjadi bahan caci-maki. Setiap orang percaya bahwa keadilan perlu ditegakkan, kejahatan harus dipenjarakan. Ini contoh besar yang kerap kali terjadi di negeri ini. Kita persempit ke sebuah lingkup kecil. Ternyata sama adanya. Satu-dua pasti akan ada si pemberontak yang bekerja sama dengan pemilik kuasa. Dan ketika kau menjadi seseorang yang berada di dalamnya. Kau adalah seorang pembenci yang begitu meyakini bahwa orang-orang seperti itu akan bertemu ajalnya; maksudku, ganjarannya. Tentu. Kau bukan satu-satunya yang ingin tempat ini bersih, tak terkecuali orang-orang yang berada di dalamnya. Kinerja yang mumpuni tuk diberi puji, harusnya benar-benar sesuai dengan integritas dan capaian yang dihasilkan dalam set...

Bahagia, Sedih, Kecewa

Kau tahu rasanya? Bagaimana bahagia, sedih, kecewa, berada pada satu tempat, menyita perhatianmu dan membungkam amarahmu. Mereka berada pada satu waktu yang kau tau bahwa hadir mereka ada untuk sebuah perayaan akan suka cita semesta dan sedihmu dalam nestapa yang hanya kau sendiri rasa. Bahagia, sedih, kecewa. Menjadi satu namun tak pernah bisa bersatu. Tidak ada yang tahu betapa kau mendera diri dalam kesialan yang tak kunjung usai, namun kau perlu untuk berbagi tawa karena bahagia yang lainnya harus dirayakan bersama. Berbangga akan sebuah pencapaian namun kau tak jua di sana. Lelah hanya menatap, kaki telah letih, jiwa telah renta sebelum usia, dan senyummu harus jadi senyum terbaik saat semua saling memberikan selamat. Sejujurnya kau terlalu ringkih untuk ikut berpesta dan duniamu sedang tertawa akan kegigihanmu yang berbuah kecewa. Meski begitu, kau berusaha kuat. Karena marah dan menangis adalah hal terlarang yang bisa dilakukan. Sekali lagi ucapan selamat harus kau rel...

Kakak dan Pernikahannya

Juli, menjadi awal cerita bagaimana kami mengantarkannya sampai pada salah satu tujuan hidupnya. Menikah. Sejak kecil, oleh orang tua kami yang hebat, meski tumbuh berjauhan, kami tak pernah kekurangan kasih satu sama lain. Waktu senggang dan libur kami akan pulang, waktu sibuk kami tetap akan bertukar cerita tentang keseharian, hari raya besar kami akan berkumpul dan membuat hari lalu seolah kami selalu dekat tanpa pernah sekali pun terpisah. Ka Putri adalah wanita yang independen, mandiri, bertanggung jawab. Segala hal luar biasa yang ada padanya sering kali membuatku marah ketika ia harus menjalin hubungan yang membuatnya terluka. Dalam jatuh bangunnya, aku adalah salah satu yang begitu memikirkan bagaimana ia. Terluka kala ia terluka, senang kala ia senang. Benci jika ia disakiti. Dan Juli adalah akhir dari semua luka yang sempat ditorehkan padanya. Di hari akad, aku menangis dengan segala rasa yang tak mampu untukku definisikan sendiri. Hanya satu tanya yang ada di kepal...

Kita dan Restu Semesta

Maaf, jika suatu saat cerita kita hanya tertinggal sebagai sebuah kenangan. Ini semua bukan rencanaku, sungguh. Yang aku tahu hanyalah apa yang tengah kita jalani saat ini adalah apa yang dipertentangkan oleh semesta. Kita sejalan, mereka tidak. Dan bagaimana mungkin kita bisa hidup jika semesta tidak memberikan tempat? Oh, betapa aku mengerti ini semua begitu menyiksa. Aku tak bisa untuk tidak meluapkan tangis setiap kali hubungan kita, tentangmu, diperdebatkan. Aku yang berulang kali harus berpura-pura jika tanpamu aku baik-baik saja di hadapan semesta, begitu terluka. Mengetahui bagaimana kita di masa yang akan datang, membuatku harus memberikan banyak  pain   killer  untuk hatiku. Dan untuk memberitahu padamu bahwa aku telah mengetahui ini semua, aku ingin mati saja. Bagaimana mungkin aku mampu untuk mengatakan padamu agar bisa mengikhlaskanku?  Tidak sekali-dua kali aku melihatmu berjuang dalam ketidakberdayaanmu untuk menghancurkan egoku kala aku seda...

Kepada Kamu dan Emosimu

Sejak awal, janji untuk saling mencintai yang kau sanggupi adalah janji yang harus ditepati hingga akhir nanti. Sejak hari dimana kau membuka mata, hingga memutuskan untuk jatuh hati pada ia yang kau temui di hari lalu, tentu kau sudah membuat berbagai macam pertimbangan. Sampai pada waktu kau mengungkapkan, jelas kau telah tahu bahwa akan selalu ada konsekuensi dari setiap keputusan. Maka dari itu, kepada siapa pun wanita yang berada dalam pilihan yang telah kau jatuhkan, bersungguh-sungguhlah dalam menjalani hidup bersamanya. Meski dalam segala kesulitan, teruslah saling berpegangan tangan. Karena konsekuensi yang dimaksudkan akan selalu hadir. Dalam wujud masalah yang biasa dihadirkan pada setiap kesenjangan. Patah hati terhebat dalam hidupmu bisa saja terjadi jika kau terus memberi makan egomu. Menangislah karena emosi yang tak terperi, tapi jangan pernah sendiri. Menangislah dalam peluknya, wanita yang kau cintai. Bukan untuk tempat kau tumpahkan amarahmu padanya. Ia pun a...

Aku Dalam Diriku

Dia diam. Sesekali menatap sekeliling. Pikirannya tak tenang. Degup jantungnya pun tak mampu ia kendalikan. Keringat mulai bercucuran dari pelipisnya. Bisa dipastikan telapak tangannya sudah basah. Belum lagi dengan keringat yang sudah membanjiri tubuhnya dibalik baju. Satu, dua, tiga, empat.. Kecemasan membelenggunya dalam sekejap. Ia meremas jari-jarinya. Mencoba untuk menahan kegelisahan yang mengotak-atik dirinya; yang sedang berada dalam ketenangan. Ia sempat berseru kesal, kenapa bisa-bisanya membenturi hari dan hatinya yang sudah setenang ini? Katanya, nanti akan sulit untuk sembuh lagi. Tadinya ia sudah menyusun beberapa hal untuk waktu ke depan, namun yang ia anggap petaka tiba-tiba saja menghampirinya. Katanya sih petaka. Tetapi sesungguhnya itu adalah kabar bahagia. Sayang sekali, ia masih menolak pernyataan tersebut. Ia tidak senang. Ia cemas setiap kali mendengarnya. Dan kini, tentu saja ia sudah mulai stress tiada tara. Katanya, ia ingin menangis, karena sudah...

Selamat Tahun Baru 2019

Tahun 2018 has been passed . Alhamdulillah. Sejak beberapa tahun lalu di setiap pembuka tahun baru, saya akan menuliskan setiap pengalaman saya di sepanjang tahun sebelumnya. Tidak ada alasan khusus. Hanya karena yang pertama saya hobi menulis, kedua saya hobi membaca. Yah, untuk di beberapa waktu kemudian saya akan membaca kembali tulisan saya tersebut. Kenapa di publish ? Hanya ingin sharing (syukur-syukur bisa dinikmati).  Just let be on its way. If you mind, you may click this one. Back to topic. 2018 adalah tahun yang wow. Tahun pasang-surut untuk hidupku, perjalanan akademik hingga karirku. Namanya juga hidup. Masa stagnan melulu? He he. Agak berbeda memang, karena tahun ini saya bisa merasakan fase dimana begitu useless- nya saya, begitu fail- nya saya, begitu unlucky- nya saya. But who can deny? Bukan hanya saya, manusia memang begitu adanya, bukan? Beberapa fase hidup memang dirancang untuk menerima luka. Mungkin memang saya sedang berada di fas...