Skip to main content

Kakak dan Pernikahannya


Juli, menjadi awal cerita bagaimana kami mengantarkannya sampai pada salah satu tujuan hidupnya. Menikah.
Sejak kecil, oleh orang tua kami yang hebat, meski tumbuh berjauhan, kami tak pernah kekurangan kasih satu sama lain. Waktu senggang dan libur kami akan pulang, waktu sibuk kami tetap akan bertukar cerita tentang keseharian, hari raya besar kami akan berkumpul dan membuat hari lalu seolah kami selalu dekat tanpa pernah sekali pun terpisah.
Ka Putri adalah wanita yang independen, mandiri, bertanggung jawab. Segala hal luar biasa yang ada padanya sering kali membuatku marah ketika ia harus menjalin hubungan yang membuatnya terluka. Dalam jatuh bangunnya, aku adalah salah satu yang begitu memikirkan bagaimana ia. Terluka kala ia terluka, senang kala ia senang. Benci jika ia disakiti. Dan Juli adalah akhir dari semua luka yang sempat ditorehkan padanya.
Di hari akad, aku menangis dengan segala rasa yang tak mampu untukku definisikan sendiri. Hanya satu tanya yang ada di kepala, “apakah semua akan berubah?” Ka Putri, sebagai anak pertama, mulai berkeluarga, tentu aku cemas. Ya, inilah sisi kekanakan yang tiba saat ijab qabul diucapkan oleh pasangannya. Aku, sebagai adik yang begitu menyayangi kakaknya.
Sisi besar lainnya, akulah si adik yang begitu berbahagia akan Juli ini. Aku ambil peran hampir disemua bagian dalam persiapan menuju hari pernikahan. Tahu rasanya? Excited sekali. Sangat. Dan doa yang dipanjat untuk kebahagiaannya dalam jodoh, telah sampai pada titik temu. Seseorang datang sebagai pengobat luka dan mau menerima dia dengan segala masa lalu yang pernah ada. Luka bertubi tak akan lagi menghampiri. Lelaki dengan harapan palsu tak akan lagi berani merayu. Tangis pedih dalam keputus-asaan akan sebuah kehilangan tak akan lagi mampu mengganggu.
Kakakku, kamu sudah bertemu dia, yang berani menghapus segalanya, yang akan menemanimu selamanya. Meski akan ada duka dalam dunia tapi suka adalah apa yang akan kalian selamanya rasa. Berbahagialah. Karena aku pun telah berbahagia.
Kepada seseorang yang telah menemukan kakakku, jaga dia, wanita yang berharga. Yang tak boleh sekali pun kau sia-siakan meski hanya sedetik saja. Bersyukurlah akannya, karena menurutku, pun orang tuaku, dia; anugerah Tuhan yang luar biasa.
Sekali lagi, selamat menempuh hidup baru.

Comments

Popular posts from this blog

Kita dan Restu Semesta

Maaf, jika suatu saat cerita kita hanya tertinggal sebagai sebuah kenangan. Ini semua bukan rencanaku, sungguh. Yang aku tahu hanyalah apa yang tengah kita jalani saat ini adalah apa yang dipertentangkan oleh semesta. Kita sejalan, mereka tidak. Dan bagaimana mungkin kita bisa hidup jika semesta tidak memberikan tempat? Oh, betapa aku mengerti ini semua begitu menyiksa. Aku tak bisa untuk tidak meluapkan tangis setiap kali hubungan kita, tentangmu, diperdebatkan. Aku yang berulang kali harus berpura-pura jika tanpamu aku baik-baik saja di hadapan semesta, begitu terluka. Mengetahui bagaimana kita di masa yang akan datang, membuatku harus memberikan banyak  pain   killer  untuk hatiku. Dan untuk memberitahu padamu bahwa aku telah mengetahui ini semua, aku ingin mati saja. Bagaimana mungkin aku mampu untuk mengatakan padamu agar bisa mengikhlaskanku?  Tidak sekali-dua kali aku melihatmu berjuang dalam ketidakberdayaanmu untuk menghancurkan egoku kala aku seda...

Pa.. Ma..

Ma, seandainya bisa berkata, aku tidak ingin menikah saja. Kehilangan dia membuatku kehilangan asa atas pencarian segalanya. Aku kehilangan tujuan karena pernah membangun harapan dan cita saat bersamanya yang membuatku menguras habis segala kepercayaanku, sehingga ketika ia pergi aku tidak punya alasan lagi untuk apa dan siapa aku harus mengambil langkah dalam hubungan yang baru. Ma, maaf jika kehilangannya membuatku begitu tak berdaya. Tapi aku benar-benar tidak tau lagi bagaimana cara menata kembali hatiku yang masih penuh dengan harapan, ingatan, dan kenangan tentangnya. Membuang itu semua pun sama seperti membunuh diri. Karena hanya harapan dan kenangan itulah yang bisa membuatku setidaknya bisa berdiri hingga detik ini. Menyadari bahwa aku pernah begitu berharga untuk hidupnya. Menyadari bahwa aku pernah dicintai dengan begitu hebatnya. Meski harus usai, jiwaku masih begitu melekat pada setiap kenangan itu. Dan jika harus terus melanjutkan hidup, beginilah adanya hidup ingin ku ...

Berubah Haluan

Dalam beberapa kejadian lampau, banyak, kita sedang larut-larutnya dalam persembahan tawa. Semua itu adalah hal paling menyenangkan untuk kita. Membuat cerita yang membuat iri setiap pasang mata. Kisah kita, begitu istimewa.  Hingga kemudian.. lenyap secara perlahan. Lalu bagaimana dengan saat ini? Aku tak mampu mengambil peran itu lagi. Pun jika aku bisa, kau tak lagi bersedia untuk bergabung bersama. Aku terus berjalan, kau berubah haluan. Kembali ku ajak, langkahmu bertolak. Besok-besok, kita tak lagi berada pada cerita yang serupa. Secepat itu, kita menjadi dua orang yang tak lagi saling sapa. Bukan panggung sandiwara yang pernah kita naiki. Adalah cerita sesungguhnya yang kita miliki. Tapi tujuanmu telah berubah, persinggahan tlah diganti. Sempat pelik dunia kita sampai kau memutuskan untuk pergi. Kau tlah membuat cerita barumu, aku masih dengan cerita dulu. Dunia kita tak lagi saling bersitegang, mungkin. Namun jelas bagiku, tak lagi dalam usaha tuk kembali. ...