Sejak awal, janji untuk saling
mencintai yang kau sanggupi adalah janji yang harus ditepati hingga akhir
nanti. Sejak hari dimana kau membuka mata, hingga memutuskan untuk jatuh hati
pada ia yang kau temui di hari lalu, tentu kau sudah membuat berbagai macam
pertimbangan. Sampai pada waktu kau mengungkapkan, jelas kau telah tahu bahwa
akan selalu ada konsekuensi dari setiap keputusan.
Maka dari itu, kepada siapa pun wanita
yang berada dalam pilihan yang telah kau jatuhkan, bersungguh-sungguhlah dalam
menjalani hidup bersamanya. Meski dalam segala kesulitan, teruslah saling
berpegangan tangan. Karena konsekuensi yang dimaksudkan akan selalu hadir.
Dalam wujud masalah yang biasa dihadirkan pada setiap kesenjangan.
Patah hati terhebat dalam hidupmu bisa
saja terjadi jika kau terus memberi makan egomu. Menangislah karena emosi yang
tak terperi, tapi jangan pernah sendiri. Menangislah dalam peluknya, wanita
yang kau cintai. Bukan untuk tempat kau tumpahkan amarahmu padanya. Ia pun ada
untuk membuatmu tenang. Karena aku pun meyakini, bahwa tempat paling teduh dan
menenangkan adalah dia yang sungguh-sungguh kau cintai dalam janji seumur
hidupmu. Sesungguhnya.
Menghadapi masalah demi masalah adalah
apa yang sudah disuratkan oleh pemilik semesta. Kepada setiap darinya yang
menghampiri, tak harus kau meluapkan amarah atau mengucapkan kata pisah.
Bukankah cinta yang tulus penuh kasih sayang akan selalu memberi toleransi?
Teruslah saling menghormati. Di luar dari permasalah pelik akan pengkhianatan,
jangan pernah berhenti untuk saling menggenggam. Tidak peduli saat kamu berada
di titik terendah sekalipun. Teruslah ada, meski kadang tak bisa dipungkiri
bahwa pastinya akan ada sekali-dua kali emosi yang bermain. Ingatlah kembali
pada masa dimana kamu jatuh hati dan memutuskan dia sebagai satu-satunya yang
kamu ingini hingga akhir hayat nanti.
Dia pun, tentu, sudah dengan begitu
hebatnya mencintaimu dalam pasang-surutnya, tak ingin ingin semuanya menjadi
sia-sia. Tak ingin ada luka. Karena sampai kapan pun, perpisahan adalah mimpi
buruk bagi setiap orang. Tak ada yang menginginkannya, meski sedetik saja.
Tidak ada. Tak terkecuali kamu, pun wanitamu.
Kepada kamu, yang berada dalam emosi
tak terperi, jika masih saja mencoba tuk mengabaikannya, ingat kembali wajah
wanitamu yang menunggumu dalam resahnya. Ia tak ingin kamu meninggalkannya
dalam emosimu sendiri. Ia mengkhawatirkanmu. Hingga bergetar hebat jari
jemarinya, gemuruh di dadanya. Datanglah padanya, sebelum hancur pertahanannya.

Comments