Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2018

Tahu Tek

‘Ntah, sudah berapa kali aku menolak, menghindari, setiap kali ingin pergi melewati tempat kejadian malam itu yang sampai saat ini meninggalkan luka yang begitu membekas. Pun ketika ingin mengantarkan pakaian untuk dilaundry di tempat langganan. Jadi, harus mengambil jalan putar balik untuk mencari tempat laundry lainnya. Malam ini, tak terelakkan. Saat ini mau tak mau harus lewat. Kakiku mulai gemetar dengan tiba-tiba. Ka Heni yang saat itu dengan tiba-tiba juga berucap. “Aku pengen tahu tek” DEG Lidahku kelu untuk menjawab. Ka Heni langsung berbelok dan singgah tepat di depan gerobak tahu tek. Turun. Lalu memesan 2 bungkus. Aku sempat bersikeras tidak ingin turun. Dan Ka Heni tersenyum padaku penuh arti. “Aku harus banget turun, ya?”  Menyadari antri yang lumayan banyak, aku akhirnya ikut turun dan mengambil tempat duduk agak ke belakang, untuk setidaknya membuat pandanganku terlindungi dari tempat di seberang situ. Denyut nadiku perlahan naik. Ak...

Tidak Beruntung?

Beberapa waktu terakhir aku berulang kali membuat penawaran terhadap diri sendiri. Melawan ego, memenangkan hati. Menjawab setiap pertanyaan bingung keluarga dan teman-teman dengan senyuman dan pembelaan terhadap kamu. Menjadi semandiri ini dan melatih diri untuk tak terlalu berharap banyak akan hadirmu. Namun jika boleh jujur, ini menyakitiku. Sampai pada saat dimana aku berada di titik terendah seperti saat ini. Dan kehadiranmu yang menjadi harapanku, harus ku patahkan lagi dan lagi seperti sebelum-sebelumnya. Mengharapkanmu hanyalah suatu kesia-siaan. Membutuhkanmu pun tak seharusnya lagi ku lakukan. Dimana untuk pertama kalinya aku mengalami ketakutan yang luar biasa sampai tangis kerasku di tengah ancaman pun tak mampu kau taklukan. Konyolnya, aku masih berusaha menjadi tulang punggungmu di saat runtuhnya keadaan. Aku merasa ditampar oleh diriku sendiri ketika lagi-lagi membuat pembelaan dan penawaran tentang kamu. Meyakini yang lainnya bahwa aku mampu melakukan apapun ...

Musibah

00.17 WITA. Setelah pulang dari Rumah Sakit sejak sekitar jam 20.00 WITA mendatangi ka Putri yang malam itu dinas malam. Sempat singgah membeli tahu tek untuk cemilan tengah malam sambil menonton film yang telah direncanakan. Anis yang sedang membuka laptop untuk menyiapkan tontonan kami setelah membereskan tempat tidur, aku mencuci muka di dapur dengan bunyi keran yang agak nyaring, tiba-tiba tetangga di sebelah yang saat itu ternyata juga masih bangun setengah berteriak memanggil nama dari arah dapur. “Put.. Put..” Mengira yang beraktifitas saat itu ka Putri (yang saat itu masih dinas malam di Rumah Sakit). Aku mematikan keran dan menajamkan pendengaran memastikan panggilan, lalu menjawab sekenanya, “Ya, bu?” Ada sahutan dari sebelah menanyakan, “Kamu lagi masak atau bakar-bakar?” tanya ibunya. “Nggak, bu” Sahutku.   “Mungkin orang di belakang kali ya lagi bakar sampah” ibu menjawab dengan nada yang mungkin saat itu masih bingung dan belum juga membuatku pe...

Kehilangan

Kehilangan mendewasakan. Kalimat yang paling sering ku baca. Paling sering ku dengar. Tetapi, benarkah kehilangan memang membuat dampak seajaib itu? Bagaimana bisa? Kehilangan bukanlah perkara mudah. Kesenjangan yang muncul setelahnya adalah sesuatu yang harus kita perangi dalam diri kita sendiri. Kehilangan dalam bentuk apapun itu. Benar, tak selamanya kehilangan tentang seseorang. Bagi sebagian orang kehilangan harapan adalah suatu hal yang paling menyakitkan. Tak terkecuali aku; yang telah kehilangan harapan dan inilah jawaban dari alasan tulisan ini dibuat. Harapan memiliki banyak bentuk. Dari harapan akan lulus dari seleksi penerimaan mahasiswa baru, harapan akan lulus dari penerimaan CPNS seperti yang saat ini sedang ramai-ramainya dibicarakan, harapan akan mendapatkan hasil yang memuaskan atas pekerjaan yang telah dikerjakan mati-matian sehingga mendapat pujian dari atasan, dan harapan-harapan lainnya. Lalu, bagaimana jika harapan-harapan di atas tidak berjalan s...

Kenyataan Baru

Kini aku kembali bertanya-tanya bukan kepada siapa-siapa hanya pada heningnya suasana tentang kau yang sebenarnya bagaimana? Kau bilang kau tak suka senja tetapi kini matamu berbinar penuh makna ketika menyadari matahari tak lagi tinggi langit jingga di ujung sana menampakkan diri Kau bilang kau tak suka hujan dan dinginnya tetapi kini kau begitu bergembira pun tertawa ketika langit mulai mendung, awan menghitam hingga rintik hujan mulai berjatuhan Lantas aku merasa kacau dalam terka Sebenarnya.. Ucapmu kah yang palsu? Atau aku yang telah berlalu dari kenyataan baru? -  tulisan saat itu, saat hati sedang bingung-bingungnya karenamu.

Menjadi Gagal

Perjalananku kali ini ditemani mendung yang membuatku melamun hampir di sepertiga perjalanan. Hujan mulai turun dengan derasnya dan bau basah yang menyejukkan mulai merebak. Supir mulai menaikkan pelan kaca mobil yang sejak tadi ia buka. Aku mengganti kacamata minusku dengan kacamata hitam yang ku taruh di pinggir dan mengatur posisi untuk tidur. Tapi, ini hanyat siasatku saja. Agar tidak ada yang tahu aku bersembunyi hanya untuk menatap kosong segala yang ada di depanku. Ada pikiran yang timbul, tentang pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya lumayan meresahkan. Tentang pertanyaan-pertanyaan bahkan pernyataan yang seringkali hanya ku tanggapi dengan jawaban seadanya dan senyuman yang sebenarnya punya jawaban panjang di dalamnya. Menjelaskan apapun tentang dirimu bukanlah solusi. Banyak orang hanya sekedar ingin tahu dan membuatnya menjadi topik dalam sebuah obrolan di belakang. Bisa hitung jari siapa yang benar-benar mengerti dengan cara tak bertanya. Beberapa tahun lalu ak...