Kehadiranmu menjadi kejutan sejati dalam perjalananku.
Kepada momen yang tepat kamu menyentuh, seketika semua harapan ini berpilin dan
hidup dalam kekuatannya.
Hanya lewat tulisan aku mampu menciptakan sebuah wahana
yang intens untuk menyampaikan gagasan dan kata-kata yang terkadang menyesak sendiri.
Karena bibir ini pun tak selalu mampu untuk mengungkapkan segalanya. Lewat
tulisan, aku mampu merambah tiap waktu untuk berekspresi tanpa harus bimbang
menempatkan posisi. Agar kemudian tak perlu lagi ia hanya sekedar menjadi
format biner yang hanya bisa dipahami sendiri. Agar kemudian kamu dapat
membaca, dan mengerti. Walau ribuan kali ejaan yang terlihat mencuat aneh atau
timpang dalam susunan prosa, atau eksposisi yang tidak serupa dalam bahasa yang
tepat. Aku sedang mencoba untuk dapatkan ungkapan harapan, meski penuh emosi,
namun pasti untuk menuju sebuah eksistensi. Pilihan untuk jalan kita.
Kilas balik. Tentang jalinan dalam ruang sempit yang tak
pernah disadari. Selama 16 tahun kita hanya memandang tanpa memaknai satu sama
lain. Merambah dunia mimpi masing-masing. Memimpikan hal yang hanya milik
sendiri. Sampai pada sebuah perasaan yang hidup. Mengalihkan segala tontonan,
menghapus tulisan-tulisan, melupakan mimpi-mimpi, yang sebelumnya “hanya
milikku”. Kemudian, menjadi “milik kita bersama”. Tujuan yang akhirnya sama.
Seperti setetes air yang mengalir dari tempat berbeda, hingga bermuara di satu
semudera tanpa batas. Satu tujuan yang berbanding sejajar dengan cakrawala di atas
laut lepas. Bebas.
Sendainya sebuah rasa dapat stagnan pada satu titik meski
sejarah berubah dan hidup berevolusi, aku berani untuk menunjuk orang itu;
kamu, sebagai satu-satunya tujuan akhir untuk pendamping hidupku selamanya. Namun,
usia, cita, dan jalanku masih jauh untuk mencapai tujuan akhir. Karena sampai
beberapa tahun ke depan, nama hidupku adalah “proses”. Karena, semesta ini
terus bergerak. Realitas tanpa kita sadari akan perlahan berubah. Seluruh
simpul dari sadar kita tak akan diam, namun akan terus berkembang. Kita,
tepatnya belum melekat utuh. Ada saatnya kita akan menghadapi masa-masa pencarian
cita sejati nantinya.
Ketika harapan-harapan saat ini diukir, tanpa perlu
ditanya sudah pasti aku mengalami rasa takut, cemas. Kamu, bagian terbesar
dariku, tetapi aku cemas. Kadang terusik akan cerita lain. Dan, cerita kita
mulai menggantung hati-hati di atas sana. Hidup ini akan mengikis apa saja yang
hanya memilih diam. Cinta butuh dipelihara. Karena aku tak mau ada kata runtuh,
seakan pelangi yang luruh kala gerimis reda.
Sudah sejauh ini. Merasakan? Bagaimana doa memperlihatkan
kedahsyatannya. Bagaimana Tuhan menunjukkan keajaibannya. Maka, lanjutkan
perjalanan kita. Terus menyusun dengan teratur setiap inchi langkah yang kita
lewati. Aku tidak akan mencoba untuk mempertaruhkan segala hal yang aku anggap
benar. Pengalaman. Bagian terbesar, yang tak terpisahkan oleh perasaan mutual.
Mengupas setiap makna yang tersirat dan mengambil inti sarinya. Merasakan
pengalaman nyata yang telah dilewati.
Melalui sirat matamu aku mencoba menarik arti. Membuat analogi. Tanpa
mengubah sedikitpun atensi dan semangat. Cerita dari hari ke hari merangkai
sebuah aksara meski sederhana saja. Kehadiranmu tak hanya sebagai seorang
kekasih, bahkan filsuf kecil, teman curhat.
Inilah hidup. Penuh kejutan dalam sepak-terjangnya.
Dibutuhkan mekanisme agar dapat bertahan dan terus berjalan. Tak hanya
ditempatkan sebagai iming-iming besar yang akhirnya hanya akan menjadi sebuah
bualan konyol tak berisi. Pantauan dikeseharian mulai dipenuhi, karena cinta
ini saling memelihara. Agar tetap harum dalam kabar beritanya. Agar tetap manis
dalam rasanya.
Setidaknya kamu telah menjadi profil yang unik dalam
data-data yang aku kenal. Aku tak perlu kemewahanmu di tengah publik. Tak perlu
kondisimu yang serba sempurna. Terpenting, kamu ada. Agar aku tak jengah
ataupun terperangah untuk berdiri sendiri ditengah gelutan ribuan manusia di
muka bumi ini.
Begitulah, seperti aplikasi substansi.
Cinta. Bukan hanya ikatan, jalinan, bukan hanya pikiran
tentangmu. Karena yang lebih besar, cinta adalah aku dan kamu.
Anggini Fz
15
Comments