Skip to main content

Posts

Kepada Ibu Pemilik Kasih Seorang Lelaki yang Ku Cintai

Recent posts

Pa.. Ma..

Ma, seandainya bisa berkata, aku tidak ingin menikah saja. Kehilangan dia membuatku kehilangan asa atas pencarian segalanya. Aku kehilangan tujuan karena pernah membangun harapan dan cita saat bersamanya yang membuatku menguras habis segala kepercayaanku, sehingga ketika ia pergi aku tidak punya alasan lagi untuk apa dan siapa aku harus mengambil langkah dalam hubungan yang baru. Ma, maaf jika kehilangannya membuatku begitu tak berdaya. Tapi aku benar-benar tidak tau lagi bagaimana cara menata kembali hatiku yang masih penuh dengan harapan, ingatan, dan kenangan tentangnya. Membuang itu semua pun sama seperti membunuh diri. Karena hanya harapan dan kenangan itulah yang bisa membuatku setidaknya bisa berdiri hingga detik ini. Menyadari bahwa aku pernah begitu berharga untuk hidupnya. Menyadari bahwa aku pernah dicintai dengan begitu hebatnya. Meski harus usai, jiwaku masih begitu melekat pada setiap kenangan itu. Dan jika harus terus melanjutkan hidup, beginilah adanya hidup ingin ku ...

Tak Ada Bandingnya

Waktu itu aku pernah cerita padamu. Panjang lebar. Tentang seseorang, cinta monyetku saat sekolah, yang pernah aku kagumi  4 tahun lebih lamanya, bahkan tak terhitung lagi setelahnya. Hingga saat itu aku masih sering memandanginya diam-diam dari kejauhan, masih mencari tau tentangnya. Kamu memandangiku dengan berbinar, berdecak tentang laki-laki itu, "Bagaimana rasanya bisa dikagumi sampai selama itu? Dia benar-benar beruntung." Ucapmu. Aku memandangimu dan tersenyum. Ternyata kamu tidak cukup menyadari bahwa kamu sudah menjadi seseorang yang bahkan lebih dari dia. Aku mengagumimu tanpa henti di hampir 8 tahun belakangan. Merasakan hal yang lebih gila dari yang pernah aku rasakan sebelumnya. Aku mencintaimu sampai kehilangan akal sehatku. Merelakan bagaimana jatuh berkali-kali dan bangun untuk berharap lagi. "Sekarang kamu masih senang mengingatnya?" Tanyamu. Aku menggeleng. "Itu hanya cerita lawas yang ingin aku bagi. Dan segala hal tentang dia jug...

Dukamu yang Tak Bisa Ku Mengerti

  Aku sudah bisa menduga, hari-hari akan menjadi semakin sulit saat kamu tak ada. Di belahan dunia manapun aku berada, tanpa kamu di sampingku, aku hanyalah aku yang tanpa tuju dan kewalahan dalam menata hari saat semuanya sedang tidak baik-baik saja. Bangun dari segala pagi hanya membuatku semakin menggila karena berulang kali harus menyadari kembali, kamu sudah tak di sisi. Dalam segala situasi yang membuatku selalu berat hati berbagi dengan orang selain kamu, apa lagi yang bisa ku lakukan? Menemukan orang lain bukanlah solusi. Karena sebanyak apapun tahun berganti, terbukti, kamu tak bisa diganti. Aku harus terpukul setiap kali mengingat betapa masa depan yang begitu ingin ku perjuangkan memilih menyerah atas segala hal yang masih tak bisa ku pahami hingga detik ini. Aku terus memberi pemakluman dan ku berikan ruang hingga kamu bisa lapang, dalam satu dua tahun ke depan akankah membuat perbedaan? Aku akan terus menunggu seperti yang pernah aku lakukan saat kamu bahkan tak mena...

Januari

Sejak kamu hadir di hari-hariku, kehadiran orang lain menjadi tidak begitu penting lagi bagiku. Kamu sudah menjadi segalanya yang aku butuhkan. Dan ketika kamu pergi, aku seakan kehilangan segalanya juga. Kehilangan peran yang membuatku tidak membutuhkan siapa-siapa lagi. Aku kembali ke dunia di mana mengharapkanmu menjadi sebuah harapan yang terlalu istimewa untuk aku yang biasa-biasa saja. Ketika ucapmu menyerah, aku kehilangan arah. Memusuhi hari dan membungkam diri. Hingga perlahan aku mulai menyadari arti dari ucap yang kau beri. Menyadari bahwa ternyata cintamu tidak sebesar yang pernah aku rasakan. Menyadari bahwa ternyata aku tak seberharga itu di matamu. Menyadari bahwa jika kehilanganku duniamu akan tetap baik-baik saja. Bagaimana dengan aku? Kehilangan ini membuatku begitu berduka. Duka yang begitu panjang. Luka yang tak akan lekang.

Teruslah Sehat

Terima kasih karena masih ada hingga hari ini, detik ini. Bukan untuk aku atau pun siapa-siapa, melainkan dirimu. Terima kasih karena masih sehat. Jangan lagi sengaja terluka seperti yang selalu kau inginkan saat perpisahan begitu tak terelakkan. Maka, teruslah bertahan seperti yang telah kamu usahakan setahun belakangan. Untuk tahun-tahun berikutnya. Dan berikutnya. Hingga menyerah tak lagi kau kenal ketika lelah. Mengetahui kamu masih bisa makan dengan baik dan tertawa dalam canda, aku bersyukur sekali, meski tak cukup tau apakah kau melakukannya dengan keadaan hati yang bagaimana, tak apa, tak memaksa lebih untuk kamu bisa melakukan segalanya sebaik saat kita masih bersama. Semua butuh waktu. Pun aku. Begitu pula untuk membiasakan diri menjalani waktu tanpa ada lagi kata berdua dalam cerita. Ku harap kau selalu mengusahakan bahagia. Atas segala doa yang pernah kita panjatkan bersama, dalam suka-duka dan dalam setiap cerita, berhentilah sedih karenanya; karena doa-doa yang tak be...

Terima kasih 2020

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang lebih produktif, tak banyak hal yang terjadi di tahun 2020. Namun bukan dalam artian bahwa 2020 tidak berarti. Justru lebih dari itu. Mengawali tahun 2020 dengan penuh kegamangan menjadi ujung dari sebuah perjalanan panjang yang sudah ku jalani dan ku taruh harapan penuh padanya selama 8 tahun. 2020 menjadi saksi bagaimana aku hampir gila dibuatnya. 2020 pulalah yang membuat menghentikan ekspektasiku untuk menyandang gelar dokter di tahun itu juga. 2020 yang menjadi cerita bagaimana pandemi mengubah dunia. Kita semua. Kami sempat menjalani aktivitas seperti biasa dari awal tahun sampai Februari. Hingga awal Maret kasus COVID-19 mulai masuk ke Kalimantan dan segala kegiatan praktik klinik pun dihentikan sementara “sampai batas waktu yang tidak dtentukan”. Kecewa, iya. Tapi mau bagaimana lagi? Kabar berita yang merebak di media, membuatku tak kalah meratap menyadari kondisi dunia yang benar-benar menakutkan. Menggugurkan para pahla...