Skip to main content

Kepada Ibu Pemilik Kasih Seorang Lelaki yang Ku Cintai

Ma, salam kenal dari aku, seorang wanita yang baru-baru ini masuk ke dalam kehidupan anakmu. Wanita yang biasa-biasa saja tapi dengan kasih yang luar biasa. Yang tiba-tiba saja diyakini untuk membersamainya. Anak lelakimu, yang entah kenapa sejak hari lalu menjadi sangat berharga dalam hidupku.

Ma, aku mungkin memang bukan orang yang paling mengenalnya. Sebagaimana mama, yang melahirkannya, merawatnya, dan menemaninya bertumbuh hingga menjadi setangguh sekarang. Tapi percayalah ma, jika kita diperkenankan bersama, maka hari-hariku, di sisa hidupku, aku akan selalu menjadi yang berusaha. Memahaminya, mengertinya, menjadi pendengar untuk segala ceritanya, yang menyambut semangatnya, memeluk sedihnya, merayakan bahagianya, menemani dukanya. Mempelajarinya akan menjadi tugas yang menyenangkan untuk seumur hidupku. Selamanya.

Ma, maaf karena dengan beraninya aku bicara untuk menjadi pendamping hidupnya sementara aku masih tidak pandai dalam memasakan dia makanan favoritnya. Masih belum pandai mengenali pilihan rasa yang ia senangi, atau sekadar camilan kesukaannya. Tapi, lagi dan lagi, aku akan selalu berusaha.

Ma, sekali lagi, inilah ijinku untuk membersamainya. Aku ingin memberikan seluruh ketersediaanku untuknya. Untuk hidupnya. Dan bahagianya. Jika sebelumnya ia penuh cinta darimu, maka bisa ku pastikan cinta itu takkan putus ketika ia bersamaku. Ini janjiku.

Doakan kami ya, ma. Doakan aku juga. Semoga aku bisa menjadi wanita yang bisa mempermudah bakti seorang anak kepada ibunya.

Comments

Popular posts from this blog

Kita dan Restu Semesta

Maaf, jika suatu saat cerita kita hanya tertinggal sebagai sebuah kenangan. Ini semua bukan rencanaku, sungguh. Yang aku tahu hanyalah apa yang tengah kita jalani saat ini adalah apa yang dipertentangkan oleh semesta. Kita sejalan, mereka tidak. Dan bagaimana mungkin kita bisa hidup jika semesta tidak memberikan tempat? Oh, betapa aku mengerti ini semua begitu menyiksa. Aku tak bisa untuk tidak meluapkan tangis setiap kali hubungan kita, tentangmu, diperdebatkan. Aku yang berulang kali harus berpura-pura jika tanpamu aku baik-baik saja di hadapan semesta, begitu terluka. Mengetahui bagaimana kita di masa yang akan datang, membuatku harus memberikan banyak  pain   killer  untuk hatiku. Dan untuk memberitahu padamu bahwa aku telah mengetahui ini semua, aku ingin mati saja. Bagaimana mungkin aku mampu untuk mengatakan padamu agar bisa mengikhlaskanku?  Tidak sekali-dua kali aku melihatmu berjuang dalam ketidakberdayaanmu untuk menghancurkan egoku kala aku seda...

Pa.. Ma..

Ma, seandainya bisa berkata, aku tidak ingin menikah saja. Kehilangan dia membuatku kehilangan asa atas pencarian segalanya. Aku kehilangan tujuan karena pernah membangun harapan dan cita saat bersamanya yang membuatku menguras habis segala kepercayaanku, sehingga ketika ia pergi aku tidak punya alasan lagi untuk apa dan siapa aku harus mengambil langkah dalam hubungan yang baru. Ma, maaf jika kehilangannya membuatku begitu tak berdaya. Tapi aku benar-benar tidak tau lagi bagaimana cara menata kembali hatiku yang masih penuh dengan harapan, ingatan, dan kenangan tentangnya. Membuang itu semua pun sama seperti membunuh diri. Karena hanya harapan dan kenangan itulah yang bisa membuatku setidaknya bisa berdiri hingga detik ini. Menyadari bahwa aku pernah begitu berharga untuk hidupnya. Menyadari bahwa aku pernah dicintai dengan begitu hebatnya. Meski harus usai, jiwaku masih begitu melekat pada setiap kenangan itu. Dan jika harus terus melanjutkan hidup, beginilah adanya hidup ingin ku ...

Berubah Haluan

Dalam beberapa kejadian lampau, banyak, kita sedang larut-larutnya dalam persembahan tawa. Semua itu adalah hal paling menyenangkan untuk kita. Membuat cerita yang membuat iri setiap pasang mata. Kisah kita, begitu istimewa.  Hingga kemudian.. lenyap secara perlahan. Lalu bagaimana dengan saat ini? Aku tak mampu mengambil peran itu lagi. Pun jika aku bisa, kau tak lagi bersedia untuk bergabung bersama. Aku terus berjalan, kau berubah haluan. Kembali ku ajak, langkahmu bertolak. Besok-besok, kita tak lagi berada pada cerita yang serupa. Secepat itu, kita menjadi dua orang yang tak lagi saling sapa. Bukan panggung sandiwara yang pernah kita naiki. Adalah cerita sesungguhnya yang kita miliki. Tapi tujuanmu telah berubah, persinggahan tlah diganti. Sempat pelik dunia kita sampai kau memutuskan untuk pergi. Kau tlah membuat cerita barumu, aku masih dengan cerita dulu. Dunia kita tak lagi saling bersitegang, mungkin. Namun jelas bagiku, tak lagi dalam usaha tuk kembali. ...