Aku sudah bisa menduga, hari-hari akan menjadi semakin
sulit saat kamu tak ada. Di belahan dunia manapun aku berada, tanpa kamu di
sampingku, aku hanyalah aku yang tanpa tuju dan kewalahan dalam menata hari
saat semuanya sedang tidak baik-baik saja.
Bangun dari segala pagi hanya membuatku semakin
menggila karena berulang kali harus menyadari kembali, kamu sudah tak di sisi.
Dalam segala situasi yang membuatku selalu berat hati berbagi dengan orang
selain kamu, apa lagi yang bisa ku lakukan? Menemukan orang lain bukanlah
solusi. Karena sebanyak apapun tahun berganti, terbukti, kamu tak bisa diganti.
Aku harus terpukul setiap kali mengingat betapa masa depan yang begitu ingin ku
perjuangkan memilih menyerah atas segala hal yang masih tak bisa ku pahami
hingga detik ini. Aku terus memberi pemakluman dan ku berikan ruang hingga kamu
bisa lapang, dalam satu dua tahun ke depan akankah membuat perbedaan? Aku akan
terus menunggu seperti yang pernah aku lakukan saat kamu bahkan tak menatapku meski
sejenak. Pilihan bosan tak akan pernah bisa merayuku. Seterluka ini pun aku masih
memilihmu.
Dalam duka yang dikemas dengan begitu sempurna terhadapmu,
kenapa begitu mampu membuatmu tak menatapku? Aku masih di tempat yang sama sejak
terakhir kau tinggalkan aku, masih tak ada bedanya segala rasa dan aku masih
orang yang sama. Namun kau bersikukuh untuk tetap membalut duka denga ceria. Lagi-lagi
aku tak cukup untuk memahami, hati seperti apa yang kau punya atas kehilangan
besar yang menjemput bahagiamu secara bertubi? Karena atas kehilangan yang tak
lebih besar darimu pun saja aku hampir kehilangan bentuk diri. Entah apa namanya,
tapi bisa ku artikan kamulah segalaku.
Dan sialnya, kehilanganmu seakan membuatku tak lagi mampu untuk memberi arti pada setiap langkah yang ku buat. Tujuan dan pencapaian yang ku buat hanya untukmu harus ku kubur dengan dalam begitu kau memutuskan bukan aku lagi orangnya. Lantas kepada siapa bisa ku beri semua ini jika hanya kamulah yang selalu aku mau? Aku tak ingin ada pertimbangan lain atau pilihan yang membuatku harus mencari pengganti atas segala kekacauan yang terjadi. Aku memilih untuk menanggalkannya sesaat sampai kamu kembali siap, harapku. Atau jika Tuhan benar-benar memalingkan takdir kita selamanya, aku pun tau bahwa itu artinya tidak ada lagi yang bisa aku buat selain menghancurkan diriku sendiri secara perlahan. Aku siap menjalani ruang hampa. Setidaknya ini lebih baik dibanding harus hidup sendirian tanpa kamu. Mimpi pun rasanya masih lebih baik dibanding kenyataan.

Comments