Skip to main content

Teruslah Sehat

Terima kasih karena masih ada hingga hari ini, detik ini. Bukan untuk aku atau pun siapa-siapa, melainkan dirimu. Terima kasih karena masih sehat. Jangan lagi sengaja terluka seperti yang selalu kau inginkan saat perpisahan begitu tak terelakkan. Maka, teruslah bertahan seperti yang telah kamu usahakan setahun belakangan. Untuk tahun-tahun berikutnya. Dan berikutnya. Hingga menyerah tak lagi kau kenal ketika lelah.

Mengetahui kamu masih bisa makan dengan baik dan tertawa dalam canda, aku bersyukur sekali, meski tak cukup tau apakah kau melakukannya dengan keadaan hati yang bagaimana, tak apa, tak memaksa lebih untuk kamu bisa melakukan segalanya sebaik saat kita masih bersama. Semua butuh waktu. Pun aku. Begitu pula untuk membiasakan diri menjalani waktu tanpa ada lagi kata berdua dalam cerita. Ku harap kau selalu mengusahakan bahagia.

Atas segala doa yang pernah kita panjatkan bersama, dalam suka-duka dan dalam setiap cerita, berhentilah sedih karenanya; karena doa-doa yang tak berbalas, doa yang justru berbalik arah. Akan tiba masa dimana jawaban datang dan kau akan bersyukur karenanya. Bisa juga dalam beberapa tahun mendatang saat kau tengah asyik menikmati musik yang memekakkan telinga, atau saat menikmati makan siang di sela kerja, dalam berbagai bentuk dan rupa, jawaban pasti ada. Tidak harus tentang aku, tidak selalu tentang cerita yang pernah ada. Yang pasti, kau akan bersyukur karena pernah berhasil melewati semua yang sempat kita rasa sebagai nestapa yang menyiksa.

Kenapa aku bisa seyakin ini? Karena kamu, karena permintaanmu, karena kesanggupanku. Untuk percaya bahwa, ya, kamu benar, Tuhan tidak menutup mata untuk takdirmu.
Sekali pun bukan aku, tidak berakhir dengan kita, dunia tak akan berhenti berputar. Begitu pula kasih sayang Tuhan.

Jika segala ucap terbaca sebagai sebuah harap, bisa ku katakan bahwa sesungguhnya bukan hanya sekadar, tapi ingin. Dan pada inginmu yang pernah kau ungkap, aku minta maaf karena tak semampu itu untuk menjadikannya nyata dalam cerita kita. 1 tahun telah berlalu dan aku yakini bahwa inginmu sudah lebih dari apa yang pernah aku tau. Ku semogakan untukmu dan berbahagialah selalu.

Di usia barumu yang sekarang, semoga segala kegelisahan dan luka yang sempat kau rasa akan berkurang seiring waktu bergerak. Tak apa ciptakan ruang untuk meratapinya sesekali, namun berhenti saat hari mulai berganti. Kau siap untuk hari esok dan usahamu akan dimulai kembali. Usaha untuk membahagiakan diri dan mencintai diri sendiri dengan seutuhnya.

Teruslah dekat dengan orang-orang terkasih. Teruslah bercerita dengan mereka. Hingga pundakmu tak lagi terasa berat. Hingga namaku tak lagi menjadi alasan kau terluka hebat.

Teruslah sehat.


Comments

Popular posts from this blog

Kita dan Restu Semesta

Maaf, jika suatu saat cerita kita hanya tertinggal sebagai sebuah kenangan. Ini semua bukan rencanaku, sungguh. Yang aku tahu hanyalah apa yang tengah kita jalani saat ini adalah apa yang dipertentangkan oleh semesta. Kita sejalan, mereka tidak. Dan bagaimana mungkin kita bisa hidup jika semesta tidak memberikan tempat? Oh, betapa aku mengerti ini semua begitu menyiksa. Aku tak bisa untuk tidak meluapkan tangis setiap kali hubungan kita, tentangmu, diperdebatkan. Aku yang berulang kali harus berpura-pura jika tanpamu aku baik-baik saja di hadapan semesta, begitu terluka. Mengetahui bagaimana kita di masa yang akan datang, membuatku harus memberikan banyak  pain   killer  untuk hatiku. Dan untuk memberitahu padamu bahwa aku telah mengetahui ini semua, aku ingin mati saja. Bagaimana mungkin aku mampu untuk mengatakan padamu agar bisa mengikhlaskanku?  Tidak sekali-dua kali aku melihatmu berjuang dalam ketidakberdayaanmu untuk menghancurkan egoku kala aku seda...

Pa.. Ma..

Ma, seandainya bisa berkata, aku tidak ingin menikah saja. Kehilangan dia membuatku kehilangan asa atas pencarian segalanya. Aku kehilangan tujuan karena pernah membangun harapan dan cita saat bersamanya yang membuatku menguras habis segala kepercayaanku, sehingga ketika ia pergi aku tidak punya alasan lagi untuk apa dan siapa aku harus mengambil langkah dalam hubungan yang baru. Ma, maaf jika kehilangannya membuatku begitu tak berdaya. Tapi aku benar-benar tidak tau lagi bagaimana cara menata kembali hatiku yang masih penuh dengan harapan, ingatan, dan kenangan tentangnya. Membuang itu semua pun sama seperti membunuh diri. Karena hanya harapan dan kenangan itulah yang bisa membuatku setidaknya bisa berdiri hingga detik ini. Menyadari bahwa aku pernah begitu berharga untuk hidupnya. Menyadari bahwa aku pernah dicintai dengan begitu hebatnya. Meski harus usai, jiwaku masih begitu melekat pada setiap kenangan itu. Dan jika harus terus melanjutkan hidup, beginilah adanya hidup ingin ku ...

Berubah Haluan

Dalam beberapa kejadian lampau, banyak, kita sedang larut-larutnya dalam persembahan tawa. Semua itu adalah hal paling menyenangkan untuk kita. Membuat cerita yang membuat iri setiap pasang mata. Kisah kita, begitu istimewa.  Hingga kemudian.. lenyap secara perlahan. Lalu bagaimana dengan saat ini? Aku tak mampu mengambil peran itu lagi. Pun jika aku bisa, kau tak lagi bersedia untuk bergabung bersama. Aku terus berjalan, kau berubah haluan. Kembali ku ajak, langkahmu bertolak. Besok-besok, kita tak lagi berada pada cerita yang serupa. Secepat itu, kita menjadi dua orang yang tak lagi saling sapa. Bukan panggung sandiwara yang pernah kita naiki. Adalah cerita sesungguhnya yang kita miliki. Tapi tujuanmu telah berubah, persinggahan tlah diganti. Sempat pelik dunia kita sampai kau memutuskan untuk pergi. Kau tlah membuat cerita barumu, aku masih dengan cerita dulu. Dunia kita tak lagi saling bersitegang, mungkin. Namun jelas bagiku, tak lagi dalam usaha tuk kembali. ...