Skip to main content

Pa.. Ma..

Ma, seandainya bisa berkata, aku tidak ingin menikah saja. Kehilangan dia membuatku kehilangan asa atas pencarian segalanya. Aku kehilangan tujuan karena pernah membangun harapan dan cita saat bersamanya yang membuatku menguras habis segala kepercayaanku, sehingga ketika ia pergi aku tidak punya alasan lagi untuk apa dan siapa aku harus mengambil langkah dalam hubungan yang baru.

Ma, maaf jika kehilangannya membuatku begitu tak berdaya. Tapi aku benar-benar tidak tau lagi bagaimana cara menata kembali hatiku yang masih penuh dengan harapan, ingatan, dan kenangan tentangnya. Membuang itu semua pun sama seperti membunuh diri. Karena hanya harapan dan kenangan itulah yang bisa membuatku setidaknya bisa berdiri hingga detik ini. Menyadari bahwa aku pernah begitu berharga untuk hidupnya. Menyadari bahwa aku pernah dicintai dengan begitu hebatnya. Meski harus usai, jiwaku masih begitu melekat pada setiap kenangan itu. Dan jika harus terus melanjutkan hidup, beginilah adanya hidup ingin ku jalani. Tidak harus bersama siapa, tapi hanya dengan kenangan tentangnya.

Pa, maaf begitu sering terpuruk dan menangis setahun belakangan. Maaf karena pada akhirnya kebanggaanku tentang dia tak bisa ku suarakan lagi. Akan dia yang ku yakini mampu menjadi pendamping hidup terbaik dari segala lelaki yang pernah papa kenal dan ragukan, pada akhirnya harus ku lepaskan. Bukan mauku. Hanya saja, dia yang tidak menginginkanku lagi. Aku tidak ingin menyerah, tapi dia melepaskan genggamanku. Aku sempat membiarkan kakiku mengikuti arusnya, tapi jalanku dijejal penolakan. Ketika aku masih bertanya bagaimana caranya bisa kembali padanya, ia justru mencari cara bagaimana mendapatkan jalan yang tidak ada aku di antaranya.

Pa, menyadari hari terus berjalan dan dunia tidak henti berputar. Aku semakin sedih bahwa pertambahan usia papa pun tak bisa ku pungkiri. Ingin membuat papa bahagia dengan seorang pasangan seperti layaknya dia yang pernah ku yakini sebagai buah dari permintaan papa untuk pasangan hidupku, aku justru membuat papa kecewa karena pada nyatanya aku gagal lagi. Ingin membuat papa bahagia atas dia yang bagiku sudah sempurna dalam segala segi, aku justru membuat papa kembali menatapku sebagai anak perempuan yang tak bisa tumbuh dewasa. Masih kelimpungan mencari cara bagaimana bisa membuat anak papa dan mama ini bisa duduk di bangku pelaminan bersama pendamping hidup yang dia inginkan.

Pa, ma, aku akan dan terus berdoa demi dipanjangkan usia papa dan mama, diberikan kesehatan dan kebahagiaan selama aku terus meniti karir dan menjalankan pekerjaanku untuk membahagiakan papa dan mama. Perihal pasangan hidup, bisakah papa dan mama bahagia jika aku harus mengesampingkannya? Aku sudah terlalu lelah hidup dalam kekhawatiran akan hidup bersama orang yang tidak aku cintai sebagaimana aku mencintai dia. Bisakah papa dan mama bahagia karena aku pasti akan menghasilkan uang yang banyak untuk kalian. Tidak perlu sulit tidur hanya karena memikirkan bagaimana hidupku tanpa seorang pasangan. Tidak perlu lagi berdoa agar aku disegerakan. Tidak perlu lagi menyediakan waktu diskusi untuk mengatur pertemuanku dengan orang pilihan papa dan mama. Aku tidak perlu itu semua. Jadi tolong, berbahagialah. Pertanyaan papa dan mama akan kapankah waktuku hanya membuatku sulit bernafas. Hanya membuatku semakin menggila karena ingatan tentang perpisahanku dan perginya dia tidak mampu ku hindari.

Ma, pa. Maaf jika dia masih ku cintai dengan begitu hebat. Maaf jika dia masih dan akan selalu menjadi alasan kenapa aku ingin hidup sendirian. Setidaknya untuk saat ini dan beberapa waktu mendatang. Karena takdir Tuhan akan terus berjalan, setidaknya biarkan aku untuk tetap dan terus mengenangnya. Atau jika pada akhirnya takdir kembali menyatukan aku dan dia, maka, ma, pa, inilah jawaban kenapa aku begitu bersikukuh memperjuangkan harapan.

Comments

Popular posts from this blog

Kita dan Restu Semesta

Maaf, jika suatu saat cerita kita hanya tertinggal sebagai sebuah kenangan. Ini semua bukan rencanaku, sungguh. Yang aku tahu hanyalah apa yang tengah kita jalani saat ini adalah apa yang dipertentangkan oleh semesta. Kita sejalan, mereka tidak. Dan bagaimana mungkin kita bisa hidup jika semesta tidak memberikan tempat? Oh, betapa aku mengerti ini semua begitu menyiksa. Aku tak bisa untuk tidak meluapkan tangis setiap kali hubungan kita, tentangmu, diperdebatkan. Aku yang berulang kali harus berpura-pura jika tanpamu aku baik-baik saja di hadapan semesta, begitu terluka. Mengetahui bagaimana kita di masa yang akan datang, membuatku harus memberikan banyak  pain   killer  untuk hatiku. Dan untuk memberitahu padamu bahwa aku telah mengetahui ini semua, aku ingin mati saja. Bagaimana mungkin aku mampu untuk mengatakan padamu agar bisa mengikhlaskanku?  Tidak sekali-dua kali aku melihatmu berjuang dalam ketidakberdayaanmu untuk menghancurkan egoku kala aku seda...

Berubah Haluan

Dalam beberapa kejadian lampau, banyak, kita sedang larut-larutnya dalam persembahan tawa. Semua itu adalah hal paling menyenangkan untuk kita. Membuat cerita yang membuat iri setiap pasang mata. Kisah kita, begitu istimewa.  Hingga kemudian.. lenyap secara perlahan. Lalu bagaimana dengan saat ini? Aku tak mampu mengambil peran itu lagi. Pun jika aku bisa, kau tak lagi bersedia untuk bergabung bersama. Aku terus berjalan, kau berubah haluan. Kembali ku ajak, langkahmu bertolak. Besok-besok, kita tak lagi berada pada cerita yang serupa. Secepat itu, kita menjadi dua orang yang tak lagi saling sapa. Bukan panggung sandiwara yang pernah kita naiki. Adalah cerita sesungguhnya yang kita miliki. Tapi tujuanmu telah berubah, persinggahan tlah diganti. Sempat pelik dunia kita sampai kau memutuskan untuk pergi. Kau tlah membuat cerita barumu, aku masih dengan cerita dulu. Dunia kita tak lagi saling bersitegang, mungkin. Namun jelas bagiku, tak lagi dalam usaha tuk kembali. ...