Skip to main content

Fase Terbaik

Tentang kamu dan kita. Adalah apa yang pernah aku harapkan seolah tak pernah sampai dan ku gapai. Hingga sampai pada hari dimana kau dan aku bertemu dalam satu waktu dan satu rasa. Senyummu, tawamu, aku memiliki bahagia yang kau beri ketika kau ucapkan duniamu adalah tentangku.

Apapun peranmu dalam semesta aku yakin aku akan menyanggupinya. Namun eksistensi hubungan ini, seolah meredup seiring berjalannya waktu.

Aku kira kita masih dalam zona aman dan nyaman ketika dunia bergerak tanpa kata. Namun ternyata kita terlalu lengah untuk menyadari bahwa terlalu banyak fakta yang kita tidak tahu. Seperti jurang terdalam yang ada pada dunia. Seperti banyaknya kecewa dan air mata yang kita pikir hanyalah bentuk dari surutnya fase kehidupan

Hari demi hari, hingga tahun berganti, pelan tapi pasti, ada yang menanti. Perihal kemustahilan, kiranya mulai lekat dengan langkah bersama yang kita impikan. Satu persatu mulai memperlihatkan wujudnya dalam bentuk kesenjangan yang selama ini kita pikir pasti akan berlalu. Tapi kini aku dibuat bertanya-tanya dengan usaha yang tak kunjung dapat pembalasan.

Jalan kita sudah panjang dan di depan sana lebih panjang lagi. Sementara ombak di depan semakin tinggi saja. Aku pikir tidak apa selama kita masih bersama. Meski peranmu dalam semesta berkali-kali menjadi pertanyaan dalam beberapa tahun belakangan.

Lekang waktu atas pertanyaan yang ada. Yang menggantung, yang tak kunjung mendapt jawaban. Aku kembali bertanya-tanya, kau pun bertanya-tanya. Aku, kamu, kita tidak lagi mampu untuk saling menopang karena hampir tak ada lagi kekuatan yang kita punya.

Dunia ini pernah mengajarkanku tentang perjuangan. Dan kini sama-sama tahu bagaimana rasanya lumpuh untuk mempertahankan eksistensi kita. Tidak tahu harus berharap kepada siapa sedang dunia saja tengah murka. Kau dan aku, sama-sama tidak tahu. Kemana cinta harus kita bawa dan bagaimana kita harus bertahan dalam kekejaman. Kebingungan yang ada.

Ketika sampai pada saat kita merasa begitu terluka namun tak bisa berkata padahal masih banyak cinta yang kita punya, tak bisa menumpah tangis dan berbagi peluk untuk saling memberi kekuatan seperti biasa yang kerap kita lakukan saat dunia begitu pelik, tak bisa lagi menghalau ombak tertinggi yang dunia beri. Kita sampai. Sampai pada saat dimana “selesai” menjadi fase terbaik dari hubungan yang sudah terlalu rapuh untuk kita genggam.

Comments

Popular posts from this blog

Kita dan Restu Semesta

Maaf, jika suatu saat cerita kita hanya tertinggal sebagai sebuah kenangan. Ini semua bukan rencanaku, sungguh. Yang aku tahu hanyalah apa yang tengah kita jalani saat ini adalah apa yang dipertentangkan oleh semesta. Kita sejalan, mereka tidak. Dan bagaimana mungkin kita bisa hidup jika semesta tidak memberikan tempat? Oh, betapa aku mengerti ini semua begitu menyiksa. Aku tak bisa untuk tidak meluapkan tangis setiap kali hubungan kita, tentangmu, diperdebatkan. Aku yang berulang kali harus berpura-pura jika tanpamu aku baik-baik saja di hadapan semesta, begitu terluka. Mengetahui bagaimana kita di masa yang akan datang, membuatku harus memberikan banyak  pain   killer  untuk hatiku. Dan untuk memberitahu padamu bahwa aku telah mengetahui ini semua, aku ingin mati saja. Bagaimana mungkin aku mampu untuk mengatakan padamu agar bisa mengikhlaskanku?  Tidak sekali-dua kali aku melihatmu berjuang dalam ketidakberdayaanmu untuk menghancurkan egoku kala aku seda...

Pa.. Ma..

Ma, seandainya bisa berkata, aku tidak ingin menikah saja. Kehilangan dia membuatku kehilangan asa atas pencarian segalanya. Aku kehilangan tujuan karena pernah membangun harapan dan cita saat bersamanya yang membuatku menguras habis segala kepercayaanku, sehingga ketika ia pergi aku tidak punya alasan lagi untuk apa dan siapa aku harus mengambil langkah dalam hubungan yang baru. Ma, maaf jika kehilangannya membuatku begitu tak berdaya. Tapi aku benar-benar tidak tau lagi bagaimana cara menata kembali hatiku yang masih penuh dengan harapan, ingatan, dan kenangan tentangnya. Membuang itu semua pun sama seperti membunuh diri. Karena hanya harapan dan kenangan itulah yang bisa membuatku setidaknya bisa berdiri hingga detik ini. Menyadari bahwa aku pernah begitu berharga untuk hidupnya. Menyadari bahwa aku pernah dicintai dengan begitu hebatnya. Meski harus usai, jiwaku masih begitu melekat pada setiap kenangan itu. Dan jika harus terus melanjutkan hidup, beginilah adanya hidup ingin ku ...

Berubah Haluan

Dalam beberapa kejadian lampau, banyak, kita sedang larut-larutnya dalam persembahan tawa. Semua itu adalah hal paling menyenangkan untuk kita. Membuat cerita yang membuat iri setiap pasang mata. Kisah kita, begitu istimewa.  Hingga kemudian.. lenyap secara perlahan. Lalu bagaimana dengan saat ini? Aku tak mampu mengambil peran itu lagi. Pun jika aku bisa, kau tak lagi bersedia untuk bergabung bersama. Aku terus berjalan, kau berubah haluan. Kembali ku ajak, langkahmu bertolak. Besok-besok, kita tak lagi berada pada cerita yang serupa. Secepat itu, kita menjadi dua orang yang tak lagi saling sapa. Bukan panggung sandiwara yang pernah kita naiki. Adalah cerita sesungguhnya yang kita miliki. Tapi tujuanmu telah berubah, persinggahan tlah diganti. Sempat pelik dunia kita sampai kau memutuskan untuk pergi. Kau tlah membuat cerita barumu, aku masih dengan cerita dulu. Dunia kita tak lagi saling bersitegang, mungkin. Namun jelas bagiku, tak lagi dalam usaha tuk kembali. ...