Skip to main content

Rindu yang Meronta

Kau akan selalu menjadi yang pertama. Yang terbaik dari setiap waktu yang telah terlewati. Meski sulit untuk mengatakannya di waktu yang akan datang, namun namamu tetap tak akan lekang. Pun segala kebaikan dan cinta yang telah kau berikan. Meski tak lagi dalam genggaman, mimpi tentangmu dan kita adalah apa yang akan selalu aku bawa.

Sejujurnya aku tak ingin terlihat begitu letih menghadapi perpisahan ini. Namun ternyata bersedih dan meratap akanmu selalu menjadi hal yang ingin aku lakukan. Menangis di sepertiga malam akan selalu menjadi bagian yang ingin aku ulang. Karena hanya dengan mengenangmu rinduku bisa terungkap. Tak seperti biasanya dimana pelukmu lah yang akan datang jika rinduku mulai menggenang. Namun keadaan sudah terlalu murka. Aku tak punya kuasa atas keputusan gila ini. Aku harus merelakanmu meski cinta ini tak bisa bertolak seperti apa yang semesta mau.

Aku sangat mengerti akan arti dari tak lagi bersama adalah kamu dan aku yang tak perlu lagi bersua. Aku tau bahwa kita memang sudah seharusnya menghindari satu sama lain. Karena jika tidak, cinta ini bisa kembali bergejolak hingga tak ada lagi ruang yang tersisa untuk kita memikirkan bagaimana dunia begitu membenci. Hingga kitalah yang akan hancur dengan sendirinya.

Meski rindu selalu meronta, namun berdiam diri dan menyimpannya sendiri dengan rapat di hati masing-masing adalah langkah terbaik yang bisa kita lakukan saat ini. Atau sampai selamanya. Atau sampai dimana Tuhan mengijinkan kita untuk kembali saling memiliki, atau tidak sama sekali.


Comments

Popular posts from this blog

Kita dan Restu Semesta

Maaf, jika suatu saat cerita kita hanya tertinggal sebagai sebuah kenangan. Ini semua bukan rencanaku, sungguh. Yang aku tahu hanyalah apa yang tengah kita jalani saat ini adalah apa yang dipertentangkan oleh semesta. Kita sejalan, mereka tidak. Dan bagaimana mungkin kita bisa hidup jika semesta tidak memberikan tempat? Oh, betapa aku mengerti ini semua begitu menyiksa. Aku tak bisa untuk tidak meluapkan tangis setiap kali hubungan kita, tentangmu, diperdebatkan. Aku yang berulang kali harus berpura-pura jika tanpamu aku baik-baik saja di hadapan semesta, begitu terluka. Mengetahui bagaimana kita di masa yang akan datang, membuatku harus memberikan banyak  pain   killer  untuk hatiku. Dan untuk memberitahu padamu bahwa aku telah mengetahui ini semua, aku ingin mati saja. Bagaimana mungkin aku mampu untuk mengatakan padamu agar bisa mengikhlaskanku?  Tidak sekali-dua kali aku melihatmu berjuang dalam ketidakberdayaanmu untuk menghancurkan egoku kala aku seda...

Pa.. Ma..

Ma, seandainya bisa berkata, aku tidak ingin menikah saja. Kehilangan dia membuatku kehilangan asa atas pencarian segalanya. Aku kehilangan tujuan karena pernah membangun harapan dan cita saat bersamanya yang membuatku menguras habis segala kepercayaanku, sehingga ketika ia pergi aku tidak punya alasan lagi untuk apa dan siapa aku harus mengambil langkah dalam hubungan yang baru. Ma, maaf jika kehilangannya membuatku begitu tak berdaya. Tapi aku benar-benar tidak tau lagi bagaimana cara menata kembali hatiku yang masih penuh dengan harapan, ingatan, dan kenangan tentangnya. Membuang itu semua pun sama seperti membunuh diri. Karena hanya harapan dan kenangan itulah yang bisa membuatku setidaknya bisa berdiri hingga detik ini. Menyadari bahwa aku pernah begitu berharga untuk hidupnya. Menyadari bahwa aku pernah dicintai dengan begitu hebatnya. Meski harus usai, jiwaku masih begitu melekat pada setiap kenangan itu. Dan jika harus terus melanjutkan hidup, beginilah adanya hidup ingin ku ...

Berubah Haluan

Dalam beberapa kejadian lampau, banyak, kita sedang larut-larutnya dalam persembahan tawa. Semua itu adalah hal paling menyenangkan untuk kita. Membuat cerita yang membuat iri setiap pasang mata. Kisah kita, begitu istimewa.  Hingga kemudian.. lenyap secara perlahan. Lalu bagaimana dengan saat ini? Aku tak mampu mengambil peran itu lagi. Pun jika aku bisa, kau tak lagi bersedia untuk bergabung bersama. Aku terus berjalan, kau berubah haluan. Kembali ku ajak, langkahmu bertolak. Besok-besok, kita tak lagi berada pada cerita yang serupa. Secepat itu, kita menjadi dua orang yang tak lagi saling sapa. Bukan panggung sandiwara yang pernah kita naiki. Adalah cerita sesungguhnya yang kita miliki. Tapi tujuanmu telah berubah, persinggahan tlah diganti. Sempat pelik dunia kita sampai kau memutuskan untuk pergi. Kau tlah membuat cerita barumu, aku masih dengan cerita dulu. Dunia kita tak lagi saling bersitegang, mungkin. Namun jelas bagiku, tak lagi dalam usaha tuk kembali. ...