Skip to main content

Hello, 2018 !

2017 was over and 2018 is coming. Before I talk a lot of things ini this post i want to say...
HAPPY NEW YEAR!
Banyak sekali hal yang terjadi di 2017. Tentunya tak kalah hebat dari tahun sebelum-sebelumnya. Bedanya, kalau di tahun 2016 di setiap bulannya diisi dengan kegiatan berbeda di tempat yang berbeda-beda, di tahun 2017 daily routine­-ku adalah kegiatan yang sama di tempat yang sama.
Tahun 2017 adalah tahun bersyukur karena aku bisa memasuki Coass tahun pertamaku dengan teman-teman seangkatanku. Terhitung sejak bulan April setelah bulan awal dipenuhi dengan hari-hari libur di Puruk Cahu kemudian BJM bolak balik BJB, aku memasuki stase pertamaku dengan penuh ketegangan sekaligus rasa bersyukur. Jujur saja, aku benar-benar bingung harus berbuat apa pada saat-saat pertama dinas. Belum lagi harus menjalani waktu jaga panjang di ruangan yang masih sangat-sangat terasa asing. Dan koar-koar cerita di luar sana tentang dunia Coass yang begitu “menyeramkan”. Namun, tik tok waktu berjalan, semua akan tetap terlewati. Bahkan di hari terberat sekalipun. Suka duka Coass walaupun belum terhitung genap satu tahun, aku akui “berat” itu ada. Tapi, bukan berarti pula masa-masa “menyenangkan” itu sama sekali tidak ada. Kalau menurut kami, sih.. Jalanin aja”. Hingga pelan-pelan rasanya terbiasa saja menghabiskan waktu 24 jam lebih banyak di Rumah Sakit dibandingkan rumah sendiri, atau bahkan bisa saja dalam waktu 24 jam itu hanya full di Rumah Sakit. Ketika lebih banyak makan makanan di kantin Rumah Sakit dibandingkan makan di rumah sendiri. Whic is.. mulai tahun 2018 inilah, maka tawaran-tawaran menggiurkan akan job ini dan itu jadi harus dikesampingkan demi kelancaran Coass. Sebagian hati mengakui, meninggalkan hobi memang ‘agak’ berat. Tapi, demi masa depan.. ayo kita semangat!
Setiap orang pasti punya cerita di sepanjang tahun perjalanannya. Here it is postingan ini aku buat untuk membagikan cerita dengan mereka yang melewati tahun ini bersamaku. Mungkin tak banyak cerita seperti tahun sebelumnya dimana di setiap bulannya akan penuh dengan cerita tentang pengalaman event ini dan itu yang aku jalani di samping jam kuliah hingga skripsi dan masa panum. Betul, tahun ini juga banyak cerita. Tapi cerita-cerita itu adalah cerita-cerita tentang hari yang aku jalani selama kegiatan di rumah sakit yang nantinya akan aku bagikan dipostingan selanjutnya. Dan di sini aku akan bagikan beberapa moment yang sudah mewarnai (cihuy) tahun 2017-ku.
Januari. Aku pulang ke Puruk Cahu mengisi waktu menunggu hasil pengumuman menuju hari-hari sebagai ‘Dek Koas’. Berlanjut ke February yang gila-gilaan menghibur diri di BJM yang hari-harinya doyan bolak balik ke BJB. Sesekali ke Kapuas, hehe. Waktu itu Aris lagi dinas di Kapuas (hiks). 

February.. Salah satu bulan penantianku juga. Aris’s Birthday!

Maret.
Heyaa. Ini abis bela-belain mau liat sunset.

Thank you, bang.
With my beautiful two.

One of my wishes is.. I want to be with them forever.

April. MASUK KOAAASSS! Yuhu. I'm so excited and nervous at the same time. Obgyn jadi stase pertamaku bersama 14 teman lainnya. Obgyn salah satu stase mayor; stase 4 besar yang akan aku jalankan selama 12 minggu terhitung sejak tanggal 4 April.

Oh ya, selama waktu-waktu kosong sambil menunggu hari menuju koas. Aku bersama timku untuk Kupi Tambi Cafe & Resto telah menjalankan persiapan untuk peringatan Hari Kartini dengan mengadakan Pemilihan Kartini Cilik 2017 bersama Kupi Tambi Cafe & Resto. So many things that I want to share with you about this event, guys. But I think it will not enough to write every detail of this event, dari kita mulai dipanggil untuk team work dan mulai meeting kecil-kecilan lalu meeting sama owner-nya dan akhirnya benar-benar rapat hampir tiap malam, sampai-sampai nggak terhitung lagi berapa kali aku mengunjungi Kupi Tambi ntah hanya untuk urusan kecil sampai setumpuk-tumpuknya urusanBolak balik sana-sini menyambangi banyak lokasi. Bertemu banyak orang dari banyak instansiBanyak banget pokoknya jerih payah melelahkan namun menyenangkan yang tidak mungkin untuk ditampilkan semua di sini. Dan nggak terhitung lagi berapa kalori sudah makanan dan minuman Kupi Tambi yang sudah mendarah daging, karena setiap kali datang ke sana pasti disuguhin menu dan dilayani dengan sepuasnya. Arght, sejak saat itu aku benar-benar jatuh cinta dengan Kupi Tambi (hehe). Tiba harinya.. saat itu aku benar-benar kalut. Kacau. Hampir menangis. Campur bahagia. Nggak karuan rasanya. This is for the first time aku bikin team work di luar kampus dan di luar organisasi yang benar-benar hanya mengandalkan beberapa orang dari latar belakang yang berbeda. Mewujudkan event yang terbilang lumayan berpengaruh dalam waktu yang singkat. Segala cek-cok, kekacauan, rasa lelah, waktu istirahat yang hampir tidak ada, sejak pertama plan dijalankan hingga hari H tiba, banyak memberi arti. I can't thank enough to my team and also Kupi Tambi Cafe and Resto, tak lupa semua yang telah berpartisipasi. Ini salah satu pengalaman yang menyenangkan bagiku di tahun 2017.
One of my favorite finalist. Uculnya nggak ketolongan.

Yuhu, look at her.

One of our judges when gave the trophy at the final.

THE WINNER!

My team and The Judges.

Mei sampai Juni masih disibukkan dengan dunia perkoassan. Bangun Shubuh. Dinas every day. Long shift 32 hours. Kerja laporan jaga, laporan kasus, referat, penelitian, DOPS,  full of exam every week. Woah. Next post I'll share every detail of this stase. Akhir Juni sebelum lebaran kelarlah Obgyn.. Sebelum berlanjut ke stase berikutnya, Allah berbaik hati memberikan 1 minggu libur untuk lebaran.
My breath. My heart. My every reason.

Juli. Kita goes tooooo Pangkalan Buuuun. Di Rumah Sakit Imanuddin kita menjalankan 4 minggu stase Penyakit Dalam, dan sisa 8 minggu-nya kita lanjutkan di Rumah Sakit dr Doris Sylvanus seperti biasanya. Agustus sampai September, kita di stase Penyakit Dalam. September akhir. Kita memasuki stase ke 3 mayor. Bedah. The atmospher in this stase so different, hihiHow? I will tell you this later in the next post, he. 
Berlalu.. dan berlalu.. ke Oktober, November, hingga awal Desember. Stase terakhir 4 besar, Anak. 2 minggu pertama kami menjalankan stase anak di Doris seperti biasa, terhitung dari tanggal 18 Desember. Selanjutnya, kita akan goes to Pangkalan Bun again untuk 3 minggu stase anak. Which is itu pas banget di tanggal 1 Januari kita berangkat. Waktu itu di minggu ke-2 aku sudah mulai merasakan suasana yang waw. I mean waktu jaga lagi gila-gilaan padatnya. Terpadat sepanjang aku koas. but.. life must go on, kata pepatah. Ya... meski mata, jiwa, dan raga di hari-hari itu udah rada-rada. Nangkep materi pun kadang se-nyantolnya aja. Kalau benar-benar masuk, ya... cuma untuk beberapa jam. 'Somnolen' ini, kami bilang.
Menjelang pergantian tahun, tanggal 27 Desember.. aku ingat kata-kata saat aku tengah makan malam dengan temanku, ntah terbawa rasa rindu atau apa, 
aku harus telpon orang tuaku malam ini, udah lama banget ga ngobrol sama mereka”. 
Ya, sudah hampir seminggu lebih karena semakin bertambah padatnya waktuku di Rumah Sakit, aku hampir tidak ada waktu lagi untuk mengobrol dengan mereka. Di jalan pulang, hp-ku low battery kemudian mati. Aku tak punya pikiran apa-apa saat itu. Sesampainya aku di rumah, menyambungkan charger hp dan menghidupkannya kembali.. panggilan tak terjawab di Line menumpuk.. dari adikku Alghi yang saat ini sedang tinggal dengan kak Putri dan Anis di BJM karena tengah libur sekolah. Aku hanya mengabaikannya karena biasanya mereka hanya iseng membuatku iri karena tengah berkumpul di hari libur sedangkan aku yang malangnya tak bisa libur. Kemudian sebuat text message Whatsapp yang membuatku mencelos. 
"Daerah toko mama km kebakaran" isi text Aris.
Deg.
Aku menelpon Papa sesegera mungkin. 1 kali. 2 kali. 3 kali. Tak ada jawaban. Aku lalu menelpon Alghi kembali. Benar saja..
"Rumah nenek sama toko mama sudah habis terbakar. Api masih belum padam. Masih menjalar. Berdoa semoga tidak sampai ke rumah kita. Tadi kami sempat telpon Papa, dan Papa masih belum bisa ngehubungin mama sampe sekarang mama nggak tau dimana sejak mama pergi ke toko sehabis Isya."
Jadilah.. 
Tangisku menjadi-menjadi.
Sepanjang waktu aku tidak mampu melakukan apa-apa hingga mengutuk diri sendiri dan tak bisa melakukan sambungan dengan kedua orang tuaku, aku melakukan panggilan video dengan Kakak, Anis, Alghi, sambil menangis tanpa henti karena rasa takut yang menggila. Mereka diseberang sana yang rupanya lebih lapang dada mencoba meredam emosiku. Sampai akhirnya aku mulai bisa tersambung dengan Papa sebentar. Begitu telepon tersambung..
"Jangan menangis. Jangan menangis. Yang penting kami baik-baik saja.
Aku sedikit lebih tenang ketika mendengar suara Papa, meski saat itu api masih terus menjalar. Papa meyakinkan api tidak akan lagi terlalu lama. Menelpon Aris.. tangisku kembali tumpah.
"Aku tiba-tiba dapat telepon dari mama dan meminta supaya aku segera memastikan kamu. Mama bilang kebakaran besar di Puruk Cahu. Aku juga khawatir sekali karena nomor kamu tidak aktif sejak tadi."
Maaf.
Ntah sampai jam berapa malam itu.. aku menangis sesenggukan hingga akhirnya tertidur.

My December was hurt.




Hari-hariku mulai berjalan seperti biasanya lagi karena tak ada lagi alasanku bersedih karena kedua orang tuaku dalam keadaan sehat. Selain itu jadwal jaga yang semakin meningkat di akhir tahun karena banyak hari cuti dan libur tanggal merah, maka semakin bertambahlah jam jaga si dek Koas. Sejujurnya, akhir tahun 2017 adalah jadwal jaga terpadat sepanjang koas yang bikin aku jatuh bangun rasanya. Belum lagi menjelang keberangkatan untuk persiapan Koas di luar kota; di Pangkalanbun, yang seharusnya aku udah prepare dari jauh hari untuk menyiapkan segala macam keperluan bertahan hidup selama 3 minggu di kota orang.
H-1 keberangkatan aku masih belum juga packing. Apalagi prepare ini itu buat keperluan yang harus dilengkapi. Jadilah, malam menjelang pergantian tahun baru. Post jaga, keluar dari IGD jam 7 malam. Langsung maraton ke toko sampe pusat perbelanjaan yang sudah di buat list-nya sambil mengakali untuk menerobos macetnya jalanan di malam tahun baru. Dan... taraaa! Almost all stores yang jadi tujuanku, tutup lebih awal. God! Akhirnya pelarian ya ke mississipi buat liat-liat baju dan beli sepasang, setidaknya buat penghibur kalau ada barang 1 belanjaan yang bisa dibawa pulang. Perjalanan super ribet ini belum selesai. Setelah belanja dan menyempatkan makan, aku harus ke kantor polisi karena baru sempat banget saat itu untuk mengurus ijin penerbangan buat keberangkatan besoknya. Fyi, KTP-ku dan seperangkat kartu-kartu berharga di dompet yang hilang masih belum bisa aku buat ulang. Jadilah untuk sementara kita bikin surat ijin penerbangan dari kepolisian biar nggak dikira penyelundup yang pada akhirnya bisa mendekam di penjara lalu kehidupanku sebagai calon dokter masa depan yang sukses lalu menjadi direktur RS hancur berantakan (?). Selesai hampir lewat tengah malam, i mean jam 12 teng, kita harus mencari cara lagi untuk pulang karena jalanan semakin bertambah gila padatnya. Kembang api sudah mulai menghiasi langit malam itu. Baru kali ini aku merasakan malam pergantian tahun baruku begitu malang. Tanpa arah dan tujuan. Terjebak di jalanan. Dengan muka lusuh nan menyedihkan.
Setelah di jalanan berjam-jam. Mencari jalan pintas putar sana, putar sini, karena jalanan banyak ditutup. Menempuh perjalanan pulang yang seharusnya tidak selama ini. Aku sampai di rumah pukul 02.00 WIB. Alhamdulillah, setidaknya selamat sampai rumah. Dan, alhamdulillah masih diberi kesempatan dan umur panjang sampai di tahun ini. Dan kedua orang tuaku aman. Itu yang terpenting. Baiklah, dari pada menggerutu karena dikejar waktu, perlengkapan belum terbeli, kita lengkapi di sana saja. Kita packing seadanya. Walaupun yang namanya ‘seadanya’ itu masih bikin koper nggak muat. Berjuang untuk membuat bagasi seminimal mungkin. Sepanjang malam itu, aku benar-benar tidak berani untuk tidur. Berbaring pun takut. Takut khilaf, lalu ketinggalan pesawat. Jadi aku sibukkan dengan packing lanjut bersih-bersih rumah sampai jam keberangkatan tiba.
1 Januari 2018

Terhitung sejak hari ini sampai 3 minggu ke depan, aku akan ada di sini, di Pangkalanbun. Bagaimana ceritanya, kita tunggu saja. Di lain waktu akan kembali aku sempatkan bercerita panjang. Cerita di tahun 2017 sudah berakhir sejak kemarin. Semoga perjalanan yang sudah dilalui bisa menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih baik. Sejak tahun lalu, aku akan menjadi konsisten untuk menuliskan cerita walaupun sedikit di sepanjang 1 tahun terakhir yang telah aku lewati. Bukan semata-mata untuk menarik viewers. Aku hanya melanjutkan hobi. Lalu, mana tau aku akan membuka catatan ini dalam beberapa tahun ke depan lantas membacanya dengan cekikikan.

One more time, 

HAPPY NEW YEAR, EVERYONE.

Comments

Popular posts from this blog

Kita dan Restu Semesta

Maaf, jika suatu saat cerita kita hanya tertinggal sebagai sebuah kenangan. Ini semua bukan rencanaku, sungguh. Yang aku tahu hanyalah apa yang tengah kita jalani saat ini adalah apa yang dipertentangkan oleh semesta. Kita sejalan, mereka tidak. Dan bagaimana mungkin kita bisa hidup jika semesta tidak memberikan tempat? Oh, betapa aku mengerti ini semua begitu menyiksa. Aku tak bisa untuk tidak meluapkan tangis setiap kali hubungan kita, tentangmu, diperdebatkan. Aku yang berulang kali harus berpura-pura jika tanpamu aku baik-baik saja di hadapan semesta, begitu terluka. Mengetahui bagaimana kita di masa yang akan datang, membuatku harus memberikan banyak  pain   killer  untuk hatiku. Dan untuk memberitahu padamu bahwa aku telah mengetahui ini semua, aku ingin mati saja. Bagaimana mungkin aku mampu untuk mengatakan padamu agar bisa mengikhlaskanku?  Tidak sekali-dua kali aku melihatmu berjuang dalam ketidakberdayaanmu untuk menghancurkan egoku kala aku seda...

Pa.. Ma..

Ma, seandainya bisa berkata, aku tidak ingin menikah saja. Kehilangan dia membuatku kehilangan asa atas pencarian segalanya. Aku kehilangan tujuan karena pernah membangun harapan dan cita saat bersamanya yang membuatku menguras habis segala kepercayaanku, sehingga ketika ia pergi aku tidak punya alasan lagi untuk apa dan siapa aku harus mengambil langkah dalam hubungan yang baru. Ma, maaf jika kehilangannya membuatku begitu tak berdaya. Tapi aku benar-benar tidak tau lagi bagaimana cara menata kembali hatiku yang masih penuh dengan harapan, ingatan, dan kenangan tentangnya. Membuang itu semua pun sama seperti membunuh diri. Karena hanya harapan dan kenangan itulah yang bisa membuatku setidaknya bisa berdiri hingga detik ini. Menyadari bahwa aku pernah begitu berharga untuk hidupnya. Menyadari bahwa aku pernah dicintai dengan begitu hebatnya. Meski harus usai, jiwaku masih begitu melekat pada setiap kenangan itu. Dan jika harus terus melanjutkan hidup, beginilah adanya hidup ingin ku ...

Berubah Haluan

Dalam beberapa kejadian lampau, banyak, kita sedang larut-larutnya dalam persembahan tawa. Semua itu adalah hal paling menyenangkan untuk kita. Membuat cerita yang membuat iri setiap pasang mata. Kisah kita, begitu istimewa.  Hingga kemudian.. lenyap secara perlahan. Lalu bagaimana dengan saat ini? Aku tak mampu mengambil peran itu lagi. Pun jika aku bisa, kau tak lagi bersedia untuk bergabung bersama. Aku terus berjalan, kau berubah haluan. Kembali ku ajak, langkahmu bertolak. Besok-besok, kita tak lagi berada pada cerita yang serupa. Secepat itu, kita menjadi dua orang yang tak lagi saling sapa. Bukan panggung sandiwara yang pernah kita naiki. Adalah cerita sesungguhnya yang kita miliki. Tapi tujuanmu telah berubah, persinggahan tlah diganti. Sempat pelik dunia kita sampai kau memutuskan untuk pergi. Kau tlah membuat cerita barumu, aku masih dengan cerita dulu. Dunia kita tak lagi saling bersitegang, mungkin. Namun jelas bagiku, tak lagi dalam usaha tuk kembali. ...