Draft,
2016.
Benar adanya, setiap perpisahan pasti akan meninggalkan kenangan. Itu yang terjadi sekarang.
2016.
Benar adanya, setiap perpisahan pasti akan meninggalkan kenangan. Itu yang terjadi sekarang.
Singkat cerita, sahabat gue hari ini pergi. Mungkin bisa dibilang pulang. Palangkaraya hanyalah tempat perantauan sehingga untuk menetap di sini baginya mungkin tidak bisa dipastikan.
Sahabat sejak SMA yang entah gue nggak terlalu begitu ingat banget perkenalan kita dimulai dari mana. Yang gue ingat gue berteman baik sama dia bareng Aris, pacar gue. Ada hal yang paling gue inget waktu menjelang UN SMA, kita berempat termasuk dia dan Aris belajar bareng. Karena waktu itu mau masuk kuliahnya bareng-bareng. Belajarnya itu agak lucu, agak sulit kalau digambarkan. Kita bahkan belajar buat ikut tes Kedokteran dan itu rasanya lebih keras dari belajar pas mau UN, ckck. Banyak cerita sebenarnya gimana sampe kita pengen banget kuliah di kampus yang sama. Sampai pada saatnya kita menuju jalan masing-masing setelah kelulusan. Ya, Tuhan punya rencana masing-masing untuk kita, tanpa sedikitpun kita bisa menduganya, semesta bekerja. Dan kebetulan setahun setelah gue jalanin kuliah, dia nyusul ngambil kuliah juga di kota yang sama, Palangkaraya. Tapi dengan jurusan yang berbeda. Kita berteman baik dan terlebih yang pasti dia masih berteman baik juga dengan Aris. Oya, jadi dia dari pulau Jawa sebelum ke Kalimantan. Makanya saat ini kepergian dia bisa dibilang kembali pulang. Bukan bepergian.
Selama di sini banyak hal yang gue pelajari dari dia. Entah dari ceritanya maupun dari hidupnya yang langsung gue pelajari sendiri. Dari dia juga gue lebih banyak bersyukur untuk hal-hal kecil sekalipun. Orang terbaik yang pernah gue kenal. Sangat disayangkan memang dia harus balik. Tapi menahan dia tetap di sini juga bukan hal yang tepat. Beberapa masalah yang sempat dia bagi, gue tahu betul kesulitan itu dan kalaupun posisinya dibalik, mungkin aja gue nggak bakal kayak dia. Sejauh ini gue mungkin nggak banyak menolong tapi guelah salah satu orang yang akan marahin dia untuk keputusan-keputusan dengan pemikiran dangkal yang bisa aja tiba-tiba dia ambil. Kerap kali bbm ting tong, dia menanyakan gue di mana, dan gue tau persis di saat-saat itulah dia mau nyamperin untuk sekedar cerita atau minta pendapat. Tapi di sisi lain dia bakal jadi orang pertama yang nolongin gue yang lagi seribet-ribetnya dengan urusan kampus maupun urusan pribadi. Dari tugas-tugas kampus yang super merajalela, dari pacar yang jauh karna kehilangan kabar, dan karna gue sama Aris adalah pasangan yang rada-rada rusuh, begitu juga sebaliknya. Melewati dialah Aris nyari gue yang kadang suka ngilang. Dari gue yang juga bisa kadang sakit kekhawatiran Aris lewat tangan dialah tersampaikan, entah dari cuman ngantar makan atau beli obat. Dari urusan kendaraan yang segitu doang atau sekedar beliin galon dan bantu ngangkat. Gue punya banyak sahabat, tapi gue tau betul yang dengan ikhlas dini hari nganterin gue ke bandara saat adzan Shubuh pun belum berkumandang dan jemput lagi tanpa ba-bi-bu, ya dia. Hal yang nggak penting sekalipun kaya cuman beli dan rakit kipas angin yang sebenarnya masih bisa gue lakuin sendiri lewat buku panduan, kayanya emang harus dia juga yang kerjain. Cuman dia sahabat yang bakal menggerutu tapi dengan senang hati membantu. Gue sama Aris sangat mengandalkan dia. Maka kita pun bakal rusuh kalau ketemu dia nggak kayak biasanya atau ada yang beda aja dari raut mukanya. Yang dia ajarkan secara tidak langsung adalah tanpa lo bilang minta tolong, gue tolong. Walaupun sebenarnya gue nggak sebegitu peka. Like.. ntah kapan waktu itu kira-kira tengah malam dia abis dari perjalanan jauh, dia minta jemput. Well, gue tau banget gue adalah opsi terakhir dia minta tolong karena dia tipe yang nggak mau banget ngerepotin gue. Gue tetap dengan senang hati bakal bantu, walaupun akhirnya dia pulang jalan sendiri ujan-ujan tanpa sempat gue datang buat jemput.
Itulah sedikit hal yang bisa gue bagi tentang seberapa besarnya peran dia dikeseharian gue. To be honest, nggak ada dia di sekitar sini kayak aneh aja. Beda.
Itulah sedikit hal yang bisa gue bagi tentang seberapa besarnya peran dia dikeseharian gue. To be honest, nggak ada dia di sekitar sini kayak aneh aja. Beda.
Gue kenal baik dia. Dan nggak gampang buat dia bertahan di sini. Dia putus kuliah karena beberapa hal yang memang tidak bisa dipaksakan. Dia, orang yang mau memperjuangkan materi orang lain tanpa dia harus menerima imbalan sepeserpun. Gue juga nggak pernah berhenti buat bikin mata jelalatan sama iklan-iklan lowongan kerja yang dia butuhkan. Dia, orang yang selalu memberi dan akan selalu memberi walau dia tau dia pun sebenarnya kekurangan. Pengalaman hidup dia kalau dibanding gue mungkin pengalaman gue bukan apa-apanya. Apapun itu atas cerita dan pengalaman yang pernah dia bagi, beribu rasa salut gue sama dia. Meski kadang harus sedikit diomelin dulu kalau dia lagi galau-galaumya masalah kerjaan.
Hari ini gue sedikit menyesal. Atas beberapa kesibukan yang memang datang bertubi-tubi minggu ini gue sampai nggak tau dia fix balik Jawa tadi pagi. Anyway, baru taunya tadi malam. Dan tadi pagi dia mau nyamperin yang katanya cuman mau nanya masalah e-ticket, gue bilang nggak bisa. Gue sempat bilang mengusahakan buat nyusul ke bandara sebelum dia check in. Tapi, at least nggak sempat. Berasa sedihnya baru malam ini. Sebenarnya dia udah ada pamit lalu mau berangkat. Atas todongan gue sama temen serumah dia, akhirnya dia menunda keberangkatan. Gue senang karena setidaknya ada beberapa waktu dan karena gue sempat janji mau nemenin dia cek mata kalau dia mau nunda pergi. Sialnya, sampai target hari dikemudiannya gue tetap gila-gilaan sama jadwal kampus dan akhirnya dia berangkat tanpa sempat gue nyusul, buat sekedar say good bye di bandara.
Sahabat memang luar biasa berarti bagi siapapun yang merasa memiliki sahabat. Apalagi sahabat yang siaga dan nggak mengenal pamrih. Secara nggak langsung kepribadian yang baik yang ada pada sahabat lo, bisa aja menular ke elo yang mungkin mulai sedikit pudar rasa kemanusiaannya karena lingkungan di luar sana yang tanpa toleransi mengajarkan sikap yang tak mau tau dan acuh tak acuh. Ada pribadi yang lebih mengenal arti kata sulit dibanding lo yang cuma bisa merengek untuk perihal sepele. Satu sahabat yang mengajarkan banyak hal. Merekalah yang patut diingat sampai lo sukses nanti.
Tulisan ini sengaja dibuat sebagai pengingat kalau sewaktu-waktu gue buka tulisan gue sendiri dan gue merasa apa yang gue alamin nggak adil atau sedrama-dramanya gue merasa hidup gue kacau. Atau kali aja dengan begitu bodohnya gue tiba-tiba jadi sombong (haha) suatu saat. Ya kali.. boro-boro mau sombong. Punya hal yang buat disombongin aja nggak ada. Nah, terus kalau ada? Hehe, ya nggak. Di atas langit kan masih ada langit. Toh yang lo sombongin nggak mendatangkan amal dan pahala. Ciee..
Segitu dulu, ya. Nanti kita cerita lagi tentang sahabat gue ini yang sudah menjanjikan kesuksesan beberapa tahun ke depan. Amin. Kita doakan, ya.
Terakhir. Walaupun bukan yang paling terakhir. Ditutup dengan quote.
"Each friendship offers something totally unique - and irreplaceable. Each friendship ultimately makes us who we are."
Sahabat memang luar biasa berarti bagi siapapun yang merasa memiliki sahabat. Apalagi sahabat yang siaga dan nggak mengenal pamrih. Secara nggak langsung kepribadian yang baik yang ada pada sahabat lo, bisa aja menular ke elo yang mungkin mulai sedikit pudar rasa kemanusiaannya karena lingkungan di luar sana yang tanpa toleransi mengajarkan sikap yang tak mau tau dan acuh tak acuh. Ada pribadi yang lebih mengenal arti kata sulit dibanding lo yang cuma bisa merengek untuk perihal sepele. Satu sahabat yang mengajarkan banyak hal. Merekalah yang patut diingat sampai lo sukses nanti.
Tulisan ini sengaja dibuat sebagai pengingat kalau sewaktu-waktu gue buka tulisan gue sendiri dan gue merasa apa yang gue alamin nggak adil atau sedrama-dramanya gue merasa hidup gue kacau. Atau kali aja dengan begitu bodohnya gue tiba-tiba jadi sombong (haha) suatu saat. Ya kali.. boro-boro mau sombong. Punya hal yang buat disombongin aja nggak ada. Nah, terus kalau ada? Hehe, ya nggak. Di atas langit kan masih ada langit. Toh yang lo sombongin nggak mendatangkan amal dan pahala. Ciee..
Segitu dulu, ya. Nanti kita cerita lagi tentang sahabat gue ini yang sudah menjanjikan kesuksesan beberapa tahun ke depan. Amin. Kita doakan, ya.
Terakhir. Walaupun bukan yang paling terakhir. Ditutup dengan quote.
"Each friendship offers something totally unique - and irreplaceable. Each friendship ultimately makes us who we are."
Comments