Sebelum bercerita, aku mau mengucapkan selamat karena
telah menunaikan kewajiban Ramadhan dan selamat menyambut segala kemenangan.
Mohon maaf atas segala kesalahan.
Well, ya. Ramadhan kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Kenapa? Waktu yang padat mulai mengisi hari-hari, langkah gontai pun tak
peduli. Ini untuk yang pertama, si anak coass baru menjalani hari-hari puasa di
Rumah Sakit. Dibayangkan sebelumnya memang terasa berat, nyatanya sampai hari
ini aku masih kuat. Alhamdulillah.
Co-ass sambil puasa? Hehe. Cape, sih “Tapi orang lain bisa, kenapa kita tidak?” Kata Mama.
Hari-hari puasa di tengan rutinitas co-ass bukan juga penghalang untuk tetap
melaksanakan ibadah. Memang tak sama dengan bulan puasa sebelumnya. Kali ini,
sahur dan berbuka lebih banyak dilakukan di Rumah Sakit. Bukan lagi dibangunkan
dan dengan mata setengah terbuka berjalan gontai ke ruang makan dengan rasa
kantuk yang masih menjadi-jadi, duduk di kursi meja makan dengan hidangan sahur
yang sudah siap disantap, keluarga lengkap. Sembari menunggu imsak, menonton
acara sahur sambil tertawa terbahak-bahak. Tiba Adzan Shubuh dikumandangkan,
berlomba-lomba mengambil air wudhu dengan adik-kakak, shalat berjamaah menjadi
waktu yang berharga. Setiap hari tanpa terlewati mengunjungi pasar Ramadhan
untuk memilah-milih hidangan untuk berbuka, es degan, es buah, es teler, “pilih
yang kamu suka” kata Mama. Bermain dengan denting piring, gelas, dan tik-tok jam
dinding menuju waktu berbuka.. Masa-masa itu sudah lalu. Dan saat ini, hanya
sesekali dua kali mengunjungi ramainya Pasar Ramadhan yang letaknya tak jauh
dari Rumah Sakit. Manusia kadang butuh nostalgia. Dan tentunya jajanan seperti
ini perlu disantap bersama. Karena menyendiri itu pahit. He. Disaat-saat seperti ini, tak jarang waktu sahur terlewat. Jadinya,
modal niat puasanya kuat-kuat sampai adzan Maghrib. Tarawih lebih banyak
bolong. Sedihnya juga, tarawih di malam Lailatul Qadar tahun ini tak bisa
terjalani karna waktu yang tak mumpuni. Ah, manusia ini.
Ceritanya.. H-1 lebaran masih di perantauan. Itu kabar
yang tak menyenangkan untuk disampaikan. Kabar baiknya, masih sempat pulang.
Tapi perjalanan dikemudiannya untuk anak yang manja kayak gini, sangat menyebalkan. Aku bersiteru dengan travel yang akan
mengantarkanku dari Palangkaraya-Puruk Cahu. Selesai dinas di hari terakhir
puasa aku sudah pesan sesuai jam keberangkatan seperti biasanya. Beberapa kali
dihubungi oleh Travel yang bersangkutan aku dilempar ke Travel lain dengan
alasan ini-itu. Aku sempat maklum dan sabar karena hari-hari seperti ini
pekerja sudah mulai mengambil cuti. Sampai pada akhirnya waktu keberangkatan
sudah lewat tapi tak kunjung dijemput. Sedangkan target awal sesuai jam keberangkatan
yang tertera, perhitungannya dini pagi besok tepat di hari lebaran aku sudah
sampai di kampung halaman dan bisa Shalat Ied bersama, lengkap. Singkat cerita,
aku dijemput sudah malam saat takbiran sudah bergema dimana-mana dan jalanan
kota sudah merebak macet. Jadilah pulangku terlambat. Sempat bersikukuh aku
tidak mau tau dengan urusan Travel yang terlambat dan supir yang diganti,
cek-cok, hingga aku malah diminta uang tambahan hitungan charter, aku akhirnya
pasrah dengan keterlambatan yang penting bisa pulang. Allah.. bersembunyi
dibalik seat driver dan gelap
jalanan, aku menangis saking jengkelnya. Mau pulang pun harus bersedih dulu, ya.
Tik-tok berlalu. Tiba di Puruk Cahu.. di pagi hari
Idul Fitri. Memasuki kota tepat ketika jalanan dipenuhi orang-orang yang pulang
shalat Ied dari Masjid. Cobaan sekali, Shalat Iedku tak dapat dijalani kali
ini. Sesampainya dirumah rasa jengkel menyurut, sambutan senyum dan peluk kedua
orang tua begitu meneduhkan. Aku mulai tenang.
Semua insan perlu untuk melepas penat. Berapapun
matangnya. Kurang dari 1 minggu waktu libur dari Rumah Sakit aku berikan waktu
untuk keluarga, membangun lagi tawa dengan hebatnya dan tentunya rindu untuk
makan bersama akan menghiasi hari-hari kedepannya. Bersilaturrahim dengan
sanak-saudara dan juga sahabat yang sudah lama tak bersua. Nikmat lebaran setelah
Ramadhan.
Ada beberapa orang yang dipilih untuk melalui
masa-masa yang tak menyenangkan sebelum pulang. Beberapanya lagi.. orang-orang
yang hanya bisa termenung, tahu bahwa dia takkan bisa pulang. Bisa jadi karena
banyak diantaranya pekerja yang mengejar deadline,
tak kebagian tiket pesawat atau kereta, ada musibah yang tak terduga, dan
hambatan-hambatan lainnya. Dan atas kejadian diwaktu lalu, aku bukanlah orang
yang paling bersedih diantaranya. Di saat hati dan pikir benar-benar bergejolak
karena amarah, yang kita tau hanyalah keegoisan. Yang kita tau, hanya kitalah
yang paling bersedih karena kesialan. Ramadhan kali ini tak hanya tentang suasana
baru, kesibukan baru, tapi juga kontrol diri dan berserah. Keadaan yang berbeda
membuat hal lain juga berbeda. Beralih dari satu kebiasaan kepada kebiasaan
lainnya memang menguras emosi. Tapi kekalapan butuh dihentikan. Akan ada indah
bila waktunya tiba. Seperti keindahan kebersamaan lebaran setelah Ramadhan.
Tentu kamu pun tau.. nikmat Tuhan tak akan pernah
berkhianat, bukan?
Comments