Dia diam. Sesekali menatap sekeliling. Pikirannya tak tenang. Degup jantungnya pun tak mampu ia kendalikan. Keringat mulai bercucuran dari pelipisnya. Bisa dipastikan telapak tangannya sudah basah. Belum lagi dengan keringat yang sudah membanjiri tubuhnya dibalik baju. Satu, dua, tiga, empat.. Kecemasan membelenggunya dalam sekejap. Ia meremas jari-jarinya. Mencoba untuk menahan kegelisahan yang mengotak-atik dirinya; yang sedang berada dalam ketenangan. Ia sempat berseru kesal, kenapa bisa-bisanya membenturi hari dan hatinya yang sudah setenang ini? Katanya, nanti akan sulit untuk sembuh lagi. Tadinya ia sudah menyusun beberapa hal untuk waktu ke depan, namun yang ia anggap petaka tiba-tiba saja menghampirinya. Katanya sih petaka. Tetapi sesungguhnya itu adalah kabar bahagia. Sayang sekali, ia masih menolak pernyataan tersebut. Ia tidak senang. Ia cemas setiap kali mendengarnya. Dan kini, tentu saja ia sudah mulai stress tiada tara. Katanya, ia ingin menangis, karena sudah...
Segala hal yang belum sempat ku katakan