Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Are We Just Gonna Stand in Silence?

  Mentari pagi tak lagi terasa hangat. Keinginan untuk olah raga pagi pun tertepis karena udara yang sudah tercemar di luar sana. Membuka jendela saja terasa enggan, takut setiap sudut rumah juga akan dipenuhi asap dari luar sana. Ya, asap parah sudah dimana-mana. Kebakaran hutan bukannya menyurut malah semakin menjadi-jadi. Dampaknya? Masyarakat.   Keluhan terdengar di mana-mana. Masyarakat di beberapa tempat mulai menggelar shalat Istisqha, meminta hujan. Sekolah-sekolah mulai diliburkan. Dan pada jam-jam tertentu, penerbangan dari/ke Palangkaraya dan sekitarnya menjadi lebih sering tertunda. Para politisi mulai sibuk bergumam, tak terkecuali saya, kalian. Pecinta lingkungan mulai merebak di jalan-jalan. Beberapa organisasi mulai membuka donasi. Tak sedikit pula mahasiswa ikut turun tangan ke setiap tempat untuk membagikan himbauan dan masker. Beberapa, hanya duduk diam menunggu. Borneo yang katanya sebagai paru-paru dunia, mungkin hanya tersisa sebaga...

Gundah

Aku mengerahkan rasa pada ujung senja di setiap harinya Mengikut sertakan warna dalam jingga di angkasa sana Hingar bingar kota mulai teredam di jam-jam berikutnya Jam berdetak pelan hingga malam menggantikannya Malam ini hadir seperti biasa Dengan angin dinginnya Ditemani rintik-rintik hujan Remang cahaya di kegelapan Perasaan sedih meliputi seketika Tak ku jumpai bulan di atas sana sebagai teman tuk bercanda Bisakan hujan membalas sapa? Ketika mendung menutupi temanku dalam hampa Tak ada kesenangan di luar sana yang dapat di hampiri Hujan terlalu riang untuk menari sendiri seraya membasahi bumi Aku membenci basah yang membuatku resah untuk mengambil langkah Setidaknya, bisakah hujan melarutkan rasa gundah?

Entah

Rasanya tak lagi sama. Bukan aku tak mencinta yang ada. Hanya bertanya kenapa aku menuliskan nama yang tak seharusnya ada. Tapi bagaimana caranya aku berdusta pada pemikiran yang tak ingin bicara? Bahkan, sepertinya tubuhku sendiri yang menyimpan rahasia sehingga membiarkan aku untuk terus bertanya. Hingga pada saat aku terus saja bertanya dan mengambil seluruh simpul untukku buat sendiri, tetap saja tak berjodoh tanpa kerja sama yang nyata. Ingin aku kembali. Menemukan ruang waktu dan mencoba bertanya dengan objek yang kugoreskan pada pena. Gerangan apakah yang ingin kau sampaikan? Kau menunjukkan tanpa pernah memberi simpul yang nyata. Apa kau merekam hal serupa? Merekam jalanan kota yang meninggalkan jejak di setiap sudutnya. Jejak-jejak yang berdekatan tanpa pernah meninggalkan. Jejak-jejak yang menyimpan rangkaian cerita di sepanjang jalan kota. Aku jengah ketika kau bicara atau sekedar menyapa. Ketika tubuh dan pemikiranku benar-benar sedang berdamai. Aku mulai menari didetik-d...