Aku datang setengah gentar dengan hati yg getir. Meraba hati untuk memastikan pertemuan kita nantinya tidak akan menjadi suatu masalah yang berarti. Atau kembali membuatku harap-harap cemas padahal aku bukanlah apa-apa selain pengharap yang memalukan dalam kenangan. Benar saja, nyaris jatuh lagi aku dibuat oleh pertemuan ini. Ada sekelebat akan ingatan lalu disaat matamu dan mataku saling menyapa. Ah, aku menjadi sangat penakut meski hanya berkata “hai, apa kabar?”. Jujur, aku kembali menjadi aku dibeberapa tahun silam. Si pengamat gerak-gerik dan tawamu dari kejauhan. Bahkan ketika berdekatan. Masih ku rekam jejakmu. Lalu tawamu. Hanya saja yang jadi pertanyaan, kiranya apa dibenakmu tentang pertemuan setelah sekian lama? Satu persatu pertanyaan yang datang dari diriku sendiri berubah wujud menjadi penyiksa. Lalu, apakah aku salah menempatkan diri hari ini? Entah. Keadaan yang tak lagi sama menciptakan ruang tak bermakna. Jadi, akukah yang terlalu perasa atau...
Segala hal yang belum sempat ku katakan